Network
Rencana tersebut tak bisa dibatalkan dengan mudah, karena down payment telah terbayarkan sebelum pandemi Covid-19 melanda dunia.
"Cuma memang kalau kita mau objektif, ya memang ada rencana yang sudah kadung. Tidak ada orang yang menyangka bahwa tahun 2020 kita kena Covid-19, kecuali kalau Anies Baswedan mengambil kebijakan itu di tahun 2020 ketika sudah ada Covid-19. Tapi kalau kebijakan itu diambil tahun sebelumnya, tentu saja ini kan unpredictable," katanya.
Baca Juga: KPK Dikabarkan Jemput Paksa Anies Baswedan, Ribuan Bukti Baru Ditemukan di Rumah? Ini Faktanya
Refly Harun menyarankan agar siapapun yang mengajukan usulan interpelasi untuk Anies Baswedan terkait Formula E harus memperhitungkan untung dan ruginya secara cermat.
Refly Harun khawatir jika usulan interpelasi tersebut dijadikan sebagai 'permainan kotor' untuk menjatuhkan reputasi Anies Baswedan.
"Jadi kalau misalnya Formula E ini mau dibatalkan, hitung saja untung dan ruginya. Apakah lebih untung diteruskan, apa kemudian lebih baik tidak usah diteruskan. Kalau memang interpelasinya mengarah ke sana, ya gak apa-apa juga sebenarnya. Tapi kalau bisa diinterpelasi untuk menjatuhkan, kita tidak tahu," ujar dia.
Baca Juga: KPK Dikabarkan Temukan Mafia Korupsi di Tubuh Pemprov DKI, Anies Panik! Begini Faktanya
Refly Harun juga menduga PSI sedang melakukan 'permainan kotor' untuk menjegal Anies Baswedan agar tidak dapat kembali maju dalam Pilkada 2022 ataupun Pemilu 2024.
Apalagi, PSI tidak memperoleh jatah kursi di DPR RI namun memiliki jatah di DPRD DKI Jakarta, sehingga Anies Baswedan menjadi satu-satunya 'musuh utama' bagi PSI dalam menjalankan agenda politik mereka.
"PSI kan punya motif sendiri. PSI melalui tokoh-tokohnya adalah hampir semua anggota PSI itu kerjanya mengkritik Anies Baswedan karena mereka tidak mungkin mengkritik Presiden Jokowi. Karena itu, the common enemy bagi partai seperti PSI adalah Anies Baswedan. Kebetulan mereka eksis di Jakarta, sedangkan di parlemen pusat mereka tidak punya wakil," tuturnya.***
