Kementerian ESDM pun mengambil langkah tegas kepada perusahaan penambang batu bara untuk tidak melakukan ekspor batu bara agar pasokan listrik Indonesia tidak habis.
Di sisi lain, riset mengenai energi alternatif untuk menyediakan pasokan listrik di masa depan juga terhambat karena minimnya insentif.
Baca Juga: Dilanda Krisis Bahan Bakar, Lebanon Terpaksa Menutup 2 Pembangkit Listrik Utama
Lebih lanjut, Rocky Gerung pun juga menyoroti adanya satu lembaga riset independen yang resmi dilebur ke BRIN yakni Lembaga Biologi Molekuler Eijkman.
Menurutnya, peleburan lembaga riset independen seperti Lembaga Biologi Molekuler Eijkman dan lain-lain ke BRIN berpotensi mematikan inisiatif dari daerah maupun peneliti independen.
Padahal kata dia, beberapa universitas di daerah mampu menghasilkan dana riset secara mandiri atau memperoleh bantuan dari pihak ketiga untuk melaksanakan riset bersama.
"Karena dikendalikan dari pusat, nggak ada inisiatif. Daerah merasa 'Okelah, kalau dananya harus tunggu dari pusat' padahal universitas daerah itu bisa juga create dana bahkan dari korporasi dan bantuan luar untuk riset bersama," ujarnya.
Rocky Gerung menyimpulkan bahwa akar dari segala masalah riset di Indonesia dipicu oleh hadirnya BRIN yang saat ini dikendalikan oleh seorang tokoh politik.
Dia menilai, tokoh politik di balik BRIN seolah tidak memahami bahwa tak sepantasnya riset di Indonesia dimonopoli oleh satu lembaga secara terpusat.