Rocky Gerung menilai, sikap picik segelintir golongan yang mengusir Haikal Hassan merupakan limbah politik dari Pilpres 2014 dan 2019 lalu.
Filsuf kelahiran Manado, 20 Januari 1959 itu juga mengingatkan agar Presiden Jokowi mengerti bahwa Indonesia sedang darurat persatuan dan mengurungkan niatnya untuk memindahkan ibu kota negara.
"Jadi sebetulnya, kepicikan-kepicikan ini adalah limbahan aja, dan memang menjadi limbah dari hasil pemilu kemarin yang memang nggak pernah selesai kan? Itu kan yang mestinya Pak Jokowi mengerti bahwa kalau bangsa ini nggak akrab, ngapain pindah ibu kota?," katanya.
Lebih lanjut dia juga menegaskan kepada Presiden Jokowi untuk fokus membangun harmoni sosial terlebih dahulu sebelum membangun pencitraan yang bersifat estetika.
"Jadi sebetulnya, dia mesti bangun dulu yang disebut harmoni sosial, baru mikirin hal-hal yang bersifat pameran estetika," ujar dia.
Terakhir, Rocky Gerung menyimpulkan bahwa semua hal itu terjadi karena Presiden Jokowi dinilai gagal dalam mengakrabkan semua warga negara.
Namun saat ditanya alasan mengapa dirinya seolah kembali menyalahkan Presiden Jokowi, dia menjawab dengan tegas bahwa Presiden Jokowi harus bertanggung jawab terhadap hal tersebut.
Terlebih kata dia, Presiden Jokowi saat ini terkesan lebih sibuk dengan proyek pembangunan ibu kota baru dibandingkan memperhatikan persatuan dan kesatuan rakyatnya yang saat ini dalam kondisi mengkhawatirkan.