Umat Islam Ramai-ramai Tak Hiraukan Seruan Menag Yaqut, Rocky Gerung: Kekuasaan Nggak Bisa Mengambil Pelajaran

- 25 Februari 2022, 08:15 WIB
Umat Islam Ramai-ramai Tak Hiraukan Seruan Menag Yaqut, Rocky Gerung: Kekuasaan Nggak Bisa Mengambil Pelajaran.
Umat Islam Ramai-ramai Tak Hiraukan Seruan Menag Yaqut, Rocky Gerung: Kekuasaan Nggak Bisa Mengambil Pelajaran. /ANTARA/Wahyu Putro/

KABAR BESUKI - Pengamat politik dan akademisi Rocky Gerung menanggapi reaksi umat Islam yang beramai-ramai tak menghiraukan seruan Menag Yaqut terkait pengaturan penggunaan speaker Masjid.

Rocky Gerung memberikan komentar saat disodorkan fakta yang diperoleh jurnalis senior Hersubeno Arief, ketika sejumlah kalangan umat Islam di Indonesia ramai-ramai tak menghiraukan seruan Menag Yaqut dengan mengeraskan suara adzan dari speaker masjid masing-masing.

Rocky Gerung menilai, umat Islam ramai-ramai tak menghiraukan seruan Menag Yaqut karena kekuasaan tak mampu mengambil pelajaran.

"Jadi, kita mau lihat bahwa bangsa ini memang potensi untuk terbelah pada hal-hal yang sebetulnya bisa diterangkan. Tapi karena kekuasaan nggak bisa mengambil isu ini untuk dijadikan sebagai pelajaran, maka nanti dia akan berulang kan?," kata Rocky Gerung sebagaimana dikutip Kabar Besuki dari kanal YouTube Rocky Gerung Official pada Jumat, 25 Februari 2022.

Baca Juga: Ustadz Felix Siauw Tanggapi Pernyataan Menag Yaqut yang Dinilai Samakan Suara Adzan dengan Gonggongan Anjing

Rocky Gerung berpendapat bahwa tak selamanya masyarakat ingin disalahkan karena perpecahan horizontal yang kerap kali terjadi dalam beberapa waktu terakhir.

Mantan pengajar sekaligus alumni Universitas Indonesia (UI) itu mengatakan, kekuasaan tak mampu memelihara ide kewarganegaraan sehingga isu terkait pernyataan Menag Yaqut yang diduga menyamakan suara adzan dengan gonggongan anjing menjadi 'bola panas'.

Dia menyebut, banyak isu di negeri ini yang menjadi sensitif karena tidak dituntun dengan ide kebangsaan.

"Kita selalu katakan bahwa tidak ada yang salah di situ, yang salah adalah kekuasaan yang tidak sanggup memelihara ide citizenship. Semua jadi sensitif isunya, karena tidak dituntun dengan ide kebangsaan," ujarnya.

Baca Juga: Kontroversi Menag Yaqut Soal Speaker Masjid, Mulan Jameela: Suara Adzan Dianggap Gangguan, Itu Berlebihan Ya

Lebih lanjut, Rocky Gerung juga mengungkapkan fakta bahwa kekuasaan justru kerap menyalahgunakan diksi kebangsaan sebagai alat untuk menyerang lawan politiknya.

"Jadi kebangsaan dipakai secara sepihak 'Hanya kami yang kebangsaan, hanya kami yang Pancasila', begini jadinya kan?," katanya.

Filsuf kelahiran Manado itu berpendapat, sikap kekuasaan tersebut telah menciptakan kebisingan di media sosial.

Sebagaimana kasus Edy Mulyadi, dia mengatakan bahwa kecelakaan diksi yang dilontarkan oleh Menag Yaqut juga telah menciptakan kebisingan di media sosial karena narasi tersebut menjadi isu yang viral.

"Akhirnya yang bising adalah media sosial, karena masing-masing pihak pakai posisi final tuh. Dan kita tahu bahwa sama seperti kasus Edy Mulyadi, ada kecelakaan narasi lalu dieksploitir. Demikian juga soal Menteri Agama," ujar dia.

Baca Juga: Menag Yaqut Dituding Samakan Suara Adzan dengan 'Anjing Menggonggong', Roy Suryo Ngamuk: Apakah Layak?

Rocky Gerung juga menyoroti sikap lembaga survei yang seolah tidak peka terhadap isu-isu sensitif sebagaimana yang dipicu oleh pernyataan Menag Yaqut.

Dia juga menyebut bahwa klaim sejumlah lembaga survei yang menyebut tingkat kepuasan masyarakat terhadap rezim Presiden Jokowi mampu mencapai angka 73 persen sebagai 'kedunguan' yang dipertontonkan di tengah terbelahnya elemen bangsa.

"Jadi, hal-hal seperti ini yang luput dari lembaga survei. Lembaga survei bilang 'Ada kepuasan 73 persen', iya dalam keadaan bangsa terbelah. Buktinya itu kan? Jadi dungunya di situ," tuturnya.***

Editor: Rizqi Arie Harnoko

Sumber: YouTube Rocky Gerung Official


Tags

Terkait

Terkini