Malaysia Siap Penuhi Permintaan Minyak Sawit Global: Industri Lokal Akan Untung

- 27 April 2022, 14:51 WIB
Ilustrasi Malaysia berusaha memenuhi permintaan global tetapi masalahnya mereka kekurangan tenaga kerja
Ilustrasi Malaysia berusaha memenuhi permintaan global tetapi masalahnya mereka kekurangan tenaga kerja /Pixabay/tristantan/

KABAR BESUKI - Permintaan global akan minyak sawit kemungkinan beralih ke Malaysia setelah larangan ekspor oleh Indonesia.
 
Akan tetapi para pelaku industri memperingatkan bahwa kekurangan tenaga kerja dapat menghambat proses produksi minyak sawit.
 
Menteri Perkebunan dan Komoditas, Zuraida Kamaruddin, mengatakan pada Minggu 24 April 2022 bahwa Malaysia seharusnya dapat meningkatkan produksi minyak sawitnya.
 
 
Peningkatan produksi minyak sawit dapat dilakukan dengan membuka kembali perbatasan negara.
 
"Saya yakin Malaysia siap dan mampu memasok minyak sawit ke pasar global karena produksi kami perkirakan akan meningkat menyusuk pembukaan kembali perbatasanya, yang memungkinkan perekrutan pekerja asing," kata Mdm Zuraida.
 
Pada Jumat lalu Presiden Indonesia Joko Widodo mengatakan ekspor minyak goreng dan minyak sawit mentah (CPO) akan diberhentikan mulai Kamis ini dalam upaya menstabilkan harga di dalam negeri.
 
"Pemerintah melarang ekspor minyak sawit yang digunakan untuk minyak goreng," kata Jokowi.
 
Dalam beberapa bulan terakhir, harga minyak goreng di Indonesia di tengah kenaikan harga CPO global.
 
 
Mendorong pemerintah menerapkan pagu harga dan pembatasan ekspor.
 
Dalam acara terpisah pada Minggu, Wakil Menteri Industri Perkebunan dan Komoditas Wee Jeck Seng mengatakan produksi minyak sawit lokal saat ini dipengaruhi oleh masalah kekurangan tenaga kerja.
 
Dan karena itu Malaysia tidak mungkin memenuhi kesenjangan permintaan ekspor tinggi, yang ditinggalkan Indonesia.
 
"Ketidakseimbangan permintaan dan penawaran membuat harga minyak sawit dan minyak pesaing melonjak," katanya.
 
Dr Wee mengatakan pada tahun lalu, minyak sawit Indonesia masing-masing menyumbang 59 persen dan 56 persen dari produksi dan ekspor minyak sawit dunia.
 
 
Kembali menambahkan bahwa, ekspor minyak sawit Indonesia mewakili 30 persen dari total ekspor minyak dan lemak dunia.
 
"Dengan demikian, langkah drastis yang diambil oleh Indonesia ini akan berdampak besar pada negara lain, terutama importir utama kelapa sawit seperti China, India, dan Uni Eropa," katanya.
 
Wamenhub menambahkan, langkah pemerintah Malaysia untuk mengatur pengendalian harga dan pagu harga minyak goreng sawit juga dapat membantu melindungi konsumen dari dampak lonjakan harga minyak sawit di pasar global.
 
Namun, Dr Wee mengatakan bahwa ini juga berarti pemerintah harus menanggung subsidi minyak goreng yang lebih tinggi karena kenaikan harga minyak sawit di pasar dan memastikan kesejahteraan dan kepentingan konsumen Malaysia terlindungi.
 
Sementara itu, Malaysia Palm Oil Association (MPOA) mengatakan larangan ekspor Indonesia kemungkinan menguntungkan industri kelapa sawit Malaysia.
 
 
Dilansir Kabar Besuki dari CNA News, CEO MPOA, Nageeb Wahab mengatakan bahwa dia membayangkan industri minyak sawit lokal akan meraup pendapatan ekspor yang lebih tinggi tahun ini, terutama dalam dua hingga tiga bulan ke depan.
 
Direktur Jenderal Dewan Minyak Sawit Malaysia (MPOB), Ahmad Perveez Ghulam Kadir, mengatakan "setiap perubahan kebijakan oleh Indonesia pasti akan mempengaruhi Malaysia."
 
Karena Malaysia adalah produsen dan pengekspor minyak sawit terbesar kedua setelah Indonesia.
 
"Larangan itu pasti akan membuat sebagian besar permintaan minyak sawit global beralih ke Malaysia," katanya.
 
 
Namun, ia juga mencatat bahwa Malaysia menghadapi masalah dengan pasokan minyak sawit karena kekurangan tenaga kerja.
 
Dan yang lebih parah adalah negara tersebut mungkin tidak dapat menyerap banyak dari kelebihan permintaan global.***

Editor: Yayang Hardita

Sumber: Channel News Asia


Tags

Terkait

Terkini

x