"Apa yang bisa kita lakukan? Masing-masing ketika punya peluang untuk bisa berbuat, kita berbuat di peluang yang ada. Tapi ketika pada saat tertentu peluang itu tidak ada, ya sudah semua orang akan melihat memang nggak ada peluang lagi untuk berbuat," katanya.
Lebih lanjut, Novel Baswedan mengakui bahwa dirinya pernah melalui banyak cerita yang tak sepenuhnya indah saat bekerja bersama KPK.
Saat masih menjadi anggota Komisioner KPK, dia kerap mendapat tantangan, intervensi, ancaman, teror, dan lain-lain.
Dia pun juga mengetahui adanya upaya dan kekuatan dari sejumlah mafia dan oligarki di Indonesia yang berusaha merongrong KPK demi menguasai aset sebanyak mungkin demi keuntungan mereka sendiri.
"Saya mengalami banyak cerita ketika bekerja di KPK, pasti ada tantangan, intervensi, ancaman, dan segala macem. Saya pun tahu bagaimana kekuatan mafia-mafia di Indonesia, kekuatan-kekuatan oligarki untuk menguasai, mengambil keuntungan, dan lain-lain," ujar dia.
Baca Juga: Novel Baswedan Ngamuk soal Ketua KPK Beri Penghargaan untuk Istrinya: KPK Dirusak, Melindungi Pelaku
Meski demikian, Novel Baswedan menegaskan bahwa jika hanya fokus pada hasil akhir, dirinya tak akan pernah mampu untuk bekerja keras.
Sebaliknya, dia mengungkapkan bahwa segala sesuatu termasuk memberantas maling uang rakyat (koruptor) harus melalui proses meski tak mudah.
"Tapi ketika kita hanya fokus dengan hasil, kita nggak akan pernah bekerja. Kita nggak akan pernah melihat bahwa 'Oh itu berat, oh itu nggak berat'. Tetapi kalau kita fokus dengan proses, kita akan berkontribusi mengukir sesuatu," ucapnya.