Menurutnya, hal ini justru semakin membuat China terus mengintai Indonesia sebagai negara debitur setia.
"Jadi Rp200 triliun itu jumlah yang potensial untuk berlipat ganda, kebutuhan kita akan pembangunan belum berhenti. Itu yang akan diintai oleh China," katanya.
Rocky Gerung menyebut bahwa Indonesia sesungguhnya dapat melakukan hal apapun demi mengurangi potensi untuk kembali berhutang dengan China.
Dia menyarankan agar pemerintah mengurangi ambisi untuk membangun infrastruktur yang justru akan menambah hutang Indonesia.
"Kalau dibilang 'Bisa nggak kita kurangi potensi kita untuk berhutang?', bukan soal kurangi potensi. Kita kurangi ambisi kita untuk membangun infrastruktur, mestinya begitu yang terjadi," ujar dia.
Rocky Gerung berpendapat bahwa Indonesia akan terus merasa ketergantungan dengan hutang China selama tidak mampu mengendalikan ambisi untuk membangun infrastruktur bahkan ibu kota baru.
Menurutnya jika ambisi membangun infrastruktur tak terkendali, Indonesia bisa menyusul beberapa negara di kawasan Afrika dan Asia Selatan yang mengalami kebangkrutan bahkan hingga berujung pada penyitaan aset-aset negara karena tak mampu melunasi hutang dari China.
"Jadi selama Indonesia masih pamer pindah ibukota, bikin infrastruktur ini, maka China tentu adalah tempat kita untuk minta hutang baru dan China sangat senang dengan perintah yang ambisius tapi nggak ngerti akibatnya. Itu yang terjadi di Afrika, demikian juga Bangladesh," tuturnya.***