Empty Sella Syndrome: Pengertian, Penyebab, Gejala, dan Cara Penanganannya

28 Juli 2022, 10:47 WIB
Ilustrasi Empty Sella Syndrome /Dok/gia/Pixabay.com

KABAR BESUKI – Empty Sella Syndrome menjadi bahasan topik hangat, setelah salah satu artis Indonesia, Ruben Onsu diketahui telah mengidapnya.

Banyak yang penasaran dengan kelainan sindrom ini, apa sesungguhnya Empty Sella Syndrome ? bagaimana gejala dan penyebabnya? Simak selengkapnya pada ulasan artikel berikut.

Empty Sella Syndrome merupakan penyakit langka yang terjadi pada Sella Tursika yang membesar. Sella tursika merupakan struktur tulang yang berfungsi untuk melindungi Kelenjar Pituitari di bagian dasar tulang tengkorak.

Baca Juga: 4 Manfaat Mengonsumsi Gochujang untuk Kesehatan Tubuh, Salah Satunya Membakar Lemak

Sementara Kelenjar Pituitari sendiri sangat berperan penting untuk tubuh dengan menghasilkan hormon yang mengatur fungsi organ tubuh.

Empty Sella Syndrome adalah penyakit langka yang menyerang otak dan sering tidak menimbulkan gejala.

Namun, seseorang yang mengidap penyakit ini bisa memburuk seiring berjalannya waktu, jika tidak ditangani dengan tepat.

Perburukan kondisi dapat ditandai dengan sakit kepala kronis dan gangguan hormon penglihatan.

Baca Juga: Tidur di Waktu Ini Bisa Picu Serangan Jantung Kata Dokter Zaidul Akbar, Waspadalah!

Penyebab Empty Sella Syndrome

Dilansir dari Johns Hopkins, penyebab penyakit Empty Sella Syndrome terbagi menjadi dua, yaitu gejala primer dan sekunder.

  1. Penyebab primer

walau penyebab Empty Sella Syndrome belum diketahui secara pasti, kondisi ini banyak dikaitkan dengan cacat lahir dengan adanya sobekan kecil pada lapisan pembungkus otak.

Sobekan pada lapisan pembungkus otak ini menyebabkan serebrospinal (cairan dalam otak) bocor dan masuk kedalam Sella Tursika. Alhasil, Kelenjar Pituitari menyusut dan tidak dapat berfungsi normal.

Gejala ini biasanya juga diidap oleh wanita yang mengalami obesitas dan memiliki tekanan darah tinggi.

Baca Juga: Cara Alami Meningkatkan Daya Ingat yang Anda Miliki, Salah Satunya Tidur yang Cukup

  1. Penyebab sekunder

Kelenjar Pituitari mungkin kecil karena perubahan yang disebabkan berbagai hal kemungkinan seperti cidera kepala akibat benturan keras, terapi radiasi di area kepala, riwayat operasi di kepala, tumor otak, ensefalitis, hingga Sindrom Sheehan.

Gejala Empty Sella Syndrome

Umumnya, Empty Sella Syndrome tidak mengalami gejala apapun, gejala muncul saat kelenjar pituitari mengalami penyusutan yang kemudian memicu ketidakseimbangan hormon dalam tubuh.

Adapun gejala yang dialami penderita Empty Sella Syndrome diantaranya.

Baca Juga: 3 Makanan yang Bisa Meningkatkan Kinerja Otak dan Memori yang Anda Miliki, Simak Ulasannya!

  • Kelelahan sepanjang waktu
  • Sakit kepala kronis
  • Penurunan kualitas penglihatan
  • Mata kering
  • Tekanan darah tinggi
  • Penurunan gairah seksual
  • Gangguan menstruasi pada wanita
  • Impotensi pada pria
  • Interfilitas
  • Keluar cairan jernih dan tidak berbau dari hidung

Baca Juga: 5 Makanan yang Memiliki Efek Buruk untuk Otak Anda, Bisa Sebabkan Diabetes dan Penyakit Jantung

Penanganan Empty Sella Syndrome

Penanganan dan pengobata pada kelainan ini memang harus melalui pihak medis. Biasanya dokter akan bertanya seputar riwayat kesehatan pasien dan keluarga sebelum akhirnya mendiagnosa adanya peyakit ini.

Pemeriksaan melalui tes darah dab CT scan untuk melihat keadaan hormon dan kelenjar pituitari.

Bila hasil pemeriksaan menunjukkan pasien mengalami empty sella syndrome tetapi kelenjar pituitari tidak berubah secara signifikan, fungsi hormon tidak terganggu, dan tidak ada gejala, penanganan secara medis umumnya tidak perlu dilakukan dan hanya pemantauan rutin.

Baca Juga: Mau Diet Tapi Tetap Makan Nasi? Begini Tipsnya Menurut Dokter Ema Surya Pertiwi

Namun, bila kelenjar pituitari menyusut sehingga mengganggu fungsi hormon dan menyebabkan berbagai gejala, dokter akan memberikan pengobatan yang bisa membuat hormon dalam tubuh kembali seimbang.

Pengobatan bisa disusul dengan obat anti nyeri, obat tetes mata, dan lainnya untuk meredakan gejala. Namun jika terjadi kebocoran cairan serebrospinal melalui hidung, maka operasi mungkin dilakukan.

Kelainan sindrom ini sebenarnya tidak berbahaya selama dikontrol dan mendapatkan penanganan yang tepat sejak dini.

Baca Juga: Tips Turunkan Berat Badan 3 Kg hanya dalam 3 Hari Tanpa Olahraga, Begini Caranya

Empty Sella Syndrome bisa dikatakan jarang terjadi, namun jika mengalami gejala yang tidak wajar sebagaimana ulasan diatas, sebaiknya periksa ke pihak medis untuk dilakukan pengecekan dan penanganan yang tepat.***

Editor: Yayang Hardita

Sumber: Johns Hopkins Medicine

Tags

Terkini

Terpopuler