KABAR BESUKI – Sebuah studi sebelumnya mengidentifikasi adanya hubungan antara polusi udara dan risiko gangguan mental tertentu, termasuk depresi dan kecemasan.
Dalam studi ini melihat perubahan kesehatan mental yang mencakup semua bentuk gangguan dan tekanan psikologis yang terkait dengan paparan polusi udara.
Temuan ini juga mengungkapkan bahwa semakin besar paparan individu terhadap nitrogen oksida di masa kanak-kanak dan remaja, semakin besar kemungkinan mereka menunjukkan tanda-tanda penyakit mental pada transisi menuju dewasa, yakni pada usia 18 tahun.
Dilansir Kabar Besuki dari laman Science Daily, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) saat ini memperkirakan bahwa ada 9 dari 10 orang di seluruh dunia yang terpapar polusi udara luar ruangan tingkat tinggi. Polusi yang dipancarkan ini meliputi pembakaran bahan bakar fosil di mobil, truk, dan pembangkit listrik, manufaktur, pembuangan limbah, dan proses industri.
Dalam penelitian ini, polusi udara, neurotoksikan, ditemukan sebagai faktor risiko yang lebih lemah untuk penyakit mental daripada risiko lain yang lebih dikenal, seperti riwayat keluarga penyakit mental, tetapi memiliki kekuatan yang sama dengan neurotoksikan lain yang diketahui membahayakan kesehatan mental, terutama paparan timbal pada masa kanak-kanak.
Dalam penelitian sebelumnya, Helen Fisher dari King's College London's Institute of Psychiatry, Psychology & Neuroscience, dan rekan penulis dan peneliti utama untuk penelitian ini, mengaitkan paparan polusi udara pada masa kanak-kanak dengan risiko pengalaman psikotik di masa dewasa muda.
Penelitian menunjukkan polusi udara memiliki kemungkinan menjadi faktor penyakit mental