Beberapa faktor berikut yang dapat menyebabkan seseorang menjadi perfeksionis, sebagaimana dilansir Kabar Besuki dari The Healthy.
- Faktor biologis, seperti susunan genetik dan neurokimia
- Faktor psikologis, seperti emosi, keterampilan mengatasi, dan harga diri
- Faktor sosial dan lingkungan, termasuk keluarga, komunitas agama, sekolah, pekerjaan, dan status sosial ekonomi
Sementara beberapa orang mungkin secara genetik cenderung perfeksionis (misalnya OCD atau kecemasan), berbagai faktor lingkungan juga berkontribusi terhadapnya.
“Misalnya, sudah lama dibicarakan bahwa orang yang bersosialisasi sebagai anak perempuan dan perempuan menerima pesan sepanjang hidup mereka untuk menjadi sempurna, sementara mereka yang disosialisasikan sebagai anak laki-laki diajari untuk berani,” kata Sarah Kaufman, LMSW dan psikoterapis di Cobb Psychotherapy.
Baca Juga: Jujutsu Kaisen 186: Hakari Keluarkan Domain Expansion Tanpa Batas untuk Lawan Hajime!
Dampak Perfeksionis bagi kesehatan mental
Sebuah meta-analisis dari 284 studi yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Psychology menunjukkan, daftar masalah kesehatan mental yang didorong oleh sifat perfeksionis tingkat tinggi, termasuk depresi, kecemasan, gangguan obsesif-kompulsif (OCD), dan gangguan makan.
Berbagai penelitian, termasuk laporan tahun 2020 di International Journal of Environmental Research and Public Health, juga menemukan hubungan antara sifat perfeksionis dan pikiran untuk bunuh diri.
Dampak Perfeksionis bagi kesehatan fisik
Keadaan kesehatan mental kita secara intrinsik terkait dengan kesejahteraan fisik, kata Dr. Saltz.
Kebutuhan akan kesempurnaan dapat menyebabkan masalah seperti sindrom nyeri kronis, tekanan darah tinggi, gangguan lambung, dan penyakit tukak lambung.