Dibawah Pemerintahan Koalisi Baru, Israel Kembali Menyerang Gaza Akibat Balon Pembakar di Israel Selatan

16 Juni 2021, 13:22 WIB
Ilustrasi pemadam kebakaran dan api yang sedang menyulut/ /Arny Mogensen/Unsplash

KABAR BESUKI - Israel melakukan serangan udara di Jalur Gaza pada Rabu pagi, 16 Juni 2021 setelah gerilya di wilayah Palestina mengirim balon pembakar ke selatan negara itu, dalam konflik pertama antara kedua belah pihak sejak gejolak di bulan Mei di mana ratusan orang terbunuh.

Serangan itu adalah yang pertama di bawah pemerintahan koalisi baru yang dipimpin oleh Naftali Bennett, yang mengambil alih pada Minggu setelah menggulingkan mantan perdana menteri Benjamin Netanyahu.

Dan mereka datang ketika lebih dari seribu demonstran ultranasionalis yang membawa bendera Israel menyerbu Kota Tua Yerusalem pada hari Selasa, dengan sejumlah polisi dikerahkan dan pemantau internasional mendesak ketenangan.

Baca Juga: Ini Efek Samping Mengonsumsi Minuman Bersoda, Bahkan Saat Melakukan Diet Rutin

Menurut sumber-sumber Palestina, angkatan udara Israel menargetkan setidaknya satu situs di timur Khan Yunis di selatan Jalur Gaza, yang merupakan rumah bagi sekitar dua juta orang.

Seorang jurnalis foto AFP di Khan Yunis melihat ledakan tersebut.

Angkatan Pertahanan Israel mengatakan bahwa dalam menanggapi balon pembakaran, jet tempurnya menyerang kompleks militer milik organisasi teror Hamas.

Baca Juga: 8 Tips Merawat Tubuh dengan Body Wrap: Bantu Hilangkan Lemak, Strech Mark Hingga Kencangkan Kulit

Ia menambahkan bahwa, fasilitas dan tempat pertemuan untuk operasi teror di Khan Yunis menjadi sasaran. Sejauh ini belum ada indikasi korban jiwa.

Petugas pemadam kebakaran setempat mengatakan balon pembakar menyebabkan sekitar 20 kebakaran di Israel selatan.

Dilansir Kabar Besuki memalui laman CNA, kekerasan tersebut menandai gejolak besar antara Israel dan militan Palestina sejak gencatan senjata diberlakukan pada Mei, mengakhiri 11 hari pertempuran sengit yang menewaskan 260 warga Palestina, menurut otoritas Gaza, dan 13 orang di Israel, polisi dan tentara di sana.

Baca Juga: Narasi Pandemi Gagal Diatasi Akibat Kesalahan Pemerintah yang Korupsi dan Diskriminatif, Luhut Jadi Sorotan

Di Yerusalem timur yang dianeksasi, lebih dari seribu orang turun ke jalan dalam pawai yang tertunda dan kontroversial oleh aktivis nasionalis dan sayap kanan.

AS dan PBB telah menyerukan untuk menahan diri sebelum pawai, yang telah disetujui oleh pemerintahan baru Bennett.

Dengan ketegangan yang tinggi, polisi Israel dikerahkan dalam jumlah besar, memblokir jalan dan menembakkan granat kejut dan peluru berujung busa untuk menyingkirkan warga Palestina dari rute utama.

Petugas medis mengatakan 33 warga Palestina terluka dan polisi mengatakan dua petugas terluka dan 17 orang ditangkap.

Baca Juga: Fakta Unik Terkait Rongga pada Tongkat Lollipop, Mengapa Terdapat Lubang Dikedua Ujungnya?

Demonstrasi tersebut memicu protes di Tepi Barat dan Jalur Gaza serta memicu teguran dan peringatan dari sekutu Israel.

Apa yang disebut March of the Flags merayakan ulang tahun "penyatuan kembali" kota itu setelah Israel merebut Yerusalem timur dari Yordania pada tahun 1967 dan mencaploknya, sebuah langkah yang tidak diakui oleh sebagian besar masyarakat internasional.

Demonstrasi Selasa awalnya dijadwalkan pada awal Mei tetapi dibatalkan dua kali di tengah penentangan polisi dan ancaman dari Hamas, kelompok Islam yang mengendalikan kantong Palestina di Gaza.

Baca Juga: Mutasi Covid-19 Varian Delta India Ditemukan di Bangkalan, Pemprov Jatim Sigap Memutus Mata Rantai Penyebaran

Kerumunan sebagian besar pria religius muda bernyanyi, menari dan mengibarkan bendera di pintu masuk Gerbang Damaskus ke Kota Tua yang dibersihkan dari kerumunan orang Palestina yang biasa.

Beberapa meneriakkan “Matilah orang Arab” sebelum yang lain menenangkan mereka.

Pawai datang hanya dua hari setelah Netanyahu digulingkan setelah 12 tahun berturut-turut berkuasa, digulingkan oleh koalisi ideologis yang terbagi termasuk, untuk pertama kalinya dalam sejarah Israel, sebuah partai Arab.

Baca Juga: Cara Ampuh Turunkan Berat Badan Tanpa Diet Ketat dan Olahraga Berat, Hanya dengan Pijat Salah Satunya

Bennett sendiri adalah seorang nasionalis Yahudi tetapi sekutu Netanyahu menuduh perdana menteri baru itu berkhianat karena bersekutu dengan orang-orang Arab dan kaum kiri.

Beberapa demonstran pada Selasa membawa spanduk bertuliskan “Bennett si pembohong”.

Yair Lapid, arsitek pemerintahan baru, mencuit bahwa dia yakin pawai itu harus diizinkan tetapi tidak dapat dibayangkan bagaimana Anda dapat memegang bendera Israel dan berteriak, 'Matilah orang Arab' pada saat yang sama.

Mansour Abbas, yang memiliki empat kursi partai Raam Islam sangat penting bagi koalisi, menyebut pawai hari Selasa sebagai provokasi yang seharusnya dibatalkan.***

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: CNA

Tags

Terkini

Terpopuler