Jerman Kesal dengan Penolakan Ukraina Terhadap Kunjungan Presiden

14 April 2022, 17:26 WIB
Kanselir Jerman Olaf Scholz merasa kesal dengan penolakan kunjungan Presiden /Reuters

KABAR BESUKI - Kanselir Jerman Olaf Scholz merasa kesal dengan penolakan kunjungan Presiden.

Pada hari Rabu mengkritik penghinaan yang dilakukan oleh Ukraina terhadap presiden negaranya dan mengikuti catatan Berlin dalam pengiriman senjata ke Kyiv di tengah peperangan.

Presiden Frank Walter Steinmeier, kepala negara Jerman yang berharap melakukan perjalanan ke Ukraina pada hari Rabu dengan rekan-rekannya dari Polandia dan Baltik, tetapi dia mengatakan kehadirannya tidak diinginkan di Kyiv.

Baca Juga: Tersangka Penembakan Kereta Bawah Tanah di New York Akhirnya Tertangkap

Duta Besar Ukraina mengatakan kepada Jerman bahwa pemerintah akan senang hati menyambut Scholz, yang tidak seperti Presiden Steinmeier dalam menetapkan kebijakan pemerintah.

Tapi penghinaan terhadap Steinmeier mungkin membuatnya lebih sulit.

“Presiden ingin pergi ke Ukraine,” kata Scholz kepada rbb24 inforadia.

mencatat bahwa Steinmeier adalah kepala negara Jerman dan baru-baru ini terpilih kembali dengan dukungan penuh, “jadi, akan lebih baik untuk menerimanya", tambahnya.

“Bagaimanapun, agak menjengkelkan untuk mengatakan dengan sopan,” tambah Scholz.

Baca Juga: Tersangka Penembakan Kereta Bawah Tanah di New York City Ditangkap, Diduga Hadapi Tuduhan Terorisme

Steinmeier telah mengkritik keras perang Rusia dan Ukraina serta meminta Presiden Rusia Vladimir Putin untuk menarik pasukannya.

Penutupan itu muncul di tengah diskusi dalam koalisi pemerintahan Scholz tentang apakah Jerman harus mengizinkan pengiriman senjata berat seperti tank ke Ukraina saat negara itu bersiap menghadapi serangan Rusia yang ditingkatkan dari timur.

Jerman melanggar tradisi setelah invasi Rusia memasok senjata ke Ukraina tetapi menghadapi kritik dari Kyiv karena dianggap ragu dan lamban dalam menyediakan senjata dilansir Kabar Besuki dari moneycontrol.

Seorang penasihat presiden Ukraina, Oleksiy Arestovyc, mengatakan kepada televisi ARD Jerman bahwa dia tidak tahu alasan keputusan menolak kunjungan Steinmeier tetapi mengisyaratkan bahwa Kyiv ingin bertemu dengan Scholz.

Seorang anggota parlemen senior dengan salah satu dari tiga partai di Jerman, Wolfgang Kubicki mengatakan dia tidak berpikir Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky disarankan untuk menolak kunjungan Steinmeier.

Baca Juga: Remaja yang Terbunuh dalam Penusukan di Sydney Sedang Mengandung

“Saya tidak bisa membayangkan bahwa kanselir akan melakukan perjalanan ke negara yang menunjuk kepala negara kita sebagai orang yang tidak diinginkan,” katanya kepada kantor berita Jerman dpa.

Anggota partai parlemen partai pemerintah yang lain, Juergen Trittin, mengatakan kepada surat kabar RND bahwa langkah itu adalah keberhasilan propaganda besar bagi Vladimir Putin.

Steinmeier, yang menjadi presiden pada 2017, menjabat dua kali sebagai menteri luar negeri mantan Kanselir Angela Merkel dan sebelumnya sebagai kepala staf mantan Kanselir Gerhard Schroeder, selama waktu itu Jerman melakukan dialog dengan Putin dan memupuk hubungan yang erat.

Pekan lalu Steinmeier mengakui kesalahan dalam kebijakan Jerman terhadap Rusia, dengan mengatakan bahwa “kami gagal dalam banyak hal," tambahnya.

Ditanya kapan akan pergi ke Ukraina, Scholz hanya mengatakan bahwa dia telah mengunjungi Kyiv sesaat sebelum perang dan sering berbicara dengan Zelensky.

Baca Juga: Resep Smoothie Nanas yang Sehat, Lezat, Bebas Gluten dan Susu, Cocok untuk Menu Sahur dan Buka Puasa

Scholz mengatakan “senjata yang kami telah kirimkan telah memberikan kontribusi yang sangat besar ke Ukraina, menggagalkan rencana Rusia untuk penaklukan cepat, dia bungkam tentang kemungkinan kontribusi Jerman yang lebih besar, tetapi bersikeras bahwa kami memberikan, kami telah memberikan, dan kami akan memberikan," ucap Scholz.

Pada hari Senin, Menteri Luar Negeri Annalena Baerbock dari Partai HIjau mengatakan “Ukraina membutuhkan lebih banyak bahan militer, diatas semua senjata berat dan sekarang bukan waktunya alasan tapi kreativitas dan pragmatisme," ujarnya.

Pesan itu tampaknya ditunjukkan kepada para politisi Jerman yang lebih ragu-ragu khususnya di kalangan Sosial Demokrat Scholz.

Scholz menyatakan “kami mengirimkan senjata yang juga dikirimkan oleh negara lain,” ucapnya.

Baca Juga: Sri Lanka Tangguhkan Pembayaran Utang Luar Negeri, Nandalal Weerasinghe: Pembayaran Utang Itu Menantang

Dia juga mengatakan Jerman tidak akan membuat keputusan sepihak dan menekankan perlunya mencegah negara-negara NATO menjadi pihak dalam perang.

Jerman, yang memiliki ekonomi terbesar di Eropa juga telah menghadapi kritik karena menentang penghentian cepat pengiriman gas alam dari Rusia, yang menyumbang sekitar 40% dari pasokan gasnya.***

Editor: Yayang Hardita

Sumber: Money Control

Tags

Terkini

Terpopuler