Korea Utara dalam ‘Kekacauan Besar’ dengan Laporan 21 Kematian Baru Akibat COVID-19 dan 174.000 Kasus Demam

14 Mei 2022, 19:31 WIB
Korea Utara dalam 'kekacauan' setelah ungkap kasus COVID-19 untuk kali pertama/ /Twitter/@ReutersAsia/

KABAR BESUKI - Korea Utara telah melaporkan 21 kematian baru dan 174.400 kasus demam. Kim Jong Un memperingatkan masyarakatnya bahwa negara itu tengah menghadapi "kekacauan besar" akibat penyebaran virus COVID-19 untuk kali pertama.

Sabtu, 14 Mei 2022, Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) yang dikelola oleh pemerintah merilis angka-angka tersebut setelah Kim Jong Un memimpin pertemuan politbiro untuk meninjau sistem anti-virus "darurat maksimum" rezim dan membahas bagaimana mendistribusikan pasokan medis dengan cepat.

"Penyebaran epidemi ganas adalah gejolak besar yang menimpa negara kita sejak kali pertama berdiri," katanya seperti dikutip Kabar Besuki dari The Straits Times.

Baca Juga: Presiden Jokowi Serukan Penghentian Perang Antara Rusia dan Ukraina, Dampak yang Sangat Bahaya di ASEAN

Kim Jong Un telah memberlakukan lockdown di kota-kota besar dan mengatakan kepada para pejabat untuk belajar dari langkah-langkah pengendalian virus yang berhasil di negara lain, terutama Cina.

Ia juga mengimbau masyarakat untuk memiliki keyakinan bahwa wabah tersebut dapat segera diatasi, karena penularannya terdapat pada komunitas tertentu yang sudah terisolir dan tidak menyebar ke seluruh wilayah.

Di Korea Utara, total 524.440 orang menunjukkan gejala demam antara akhir April hingga 13 Mei, kata KCNA.

Sebanyak 280.810 orang menjalani perawatan, sedangkan sisanya sudah sembuh total. Kematian telah meningkat menjadi 27.

Baca Juga: Beredar Video Polisi Israel Lakukan Pukulan Kepada Pengusung Jurnalis Shireen Abu Aqleh

Analis mengatakan angka infeksi sebenarnya mungkin lebih tinggi, karena Korea Utara tidak memiliki cukup peralatan diagnostik dan hanya melaporkan kasus demam, bukan gejala terkait COVID-19 lainnya.

Wabah besar dikhawatirkan memiliki konsekuensi yang mengerikan, mengingat sistem perawatan kesehatan negara yang buruk dan kurangnya pasokan medis.

25 juta penduduknya rentan terhadap virus corona karena Korea Utara menolak tawaran vaksin beberapa kali tahun lalu, bersikeras bahwa negara itu bebas dari COVID-19 sebab berlakunya lockdown yang efektif.

Korea Utara menjadi salah satu dari hanya dua negara di dunia yang tidak memulai vaksinasi massal, seperti Eritrea di Afrika.

Baca Juga: Kasus COVID-19 Pertama di Korea Utara Dianggap dapat Memicu Krisis Kesehatan yang Besar Bagi Negara Tersebut

Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol pada hari Jumat, 13 Mei 2022 menawarkan untuk mengirim vaksin dan pasokan medis lainnya ke Korea Utara. Seorang juru bicara mengatakan pemerintah akan mengadakan pembicaraan dengan Korea Utara mengenai rinciannya.

"Akan sulit bagi Korea Utara untuk mengatasi krisis ini sendiri," kata Dr Cheong Seong-chang dari lembaga think-tank Institut Sejong Korea Selatan.

"Penyebaran virus ini diperkirakan akan menciptakan kekacauan besar di Korea Utara setidaknya selama beberapa bulan, bahkan hingga tahun depan," sambungnya.

Baca Juga: Elon Musk Cabut Larangan Blokir Donald Trump Di Twitter: Tidak Berhubungan dengan Kampanye 2024

Dr Cheong mengharapkan Korea Utara untuk mengikuti jejak Cina dalam langkah-langkah pengendalian virus dan meminta Beijing untuk membantu menyediakan obat-obatan dan alat test.***

Editor: Yayang Hardita

Sumber: The Strait Times

Tags

Terkini

Terpopuler