Harga Pangan Melonjak, ‘Isi Kulkas Kosong’ Muslim di Lebanon Kesulitan Penuhi Kebutuhan Bulan Ramadhan

- 19 April 2021, 18:56 WIB
Foto kondisi krisis pangan di Lebanon saat ini
Foto kondisi krisis pangan di Lebanon saat ini /Aini/laman resmi/Al Jazeera

Perlu diketahui, ekonomi dan mata uang Lebanon telah terjun bebas, hal tersebut berdampak mengurangi daya beli masyarakat.

Pound Lebanon turun menjadi 10.000 terhadap dolar AS pada awal Maret, dan kemudian di bulan itu, turun menjadi 15.000 yang belum pernah terjadi sebelumnya. Mata uang tersebut telah kehilangan sekitar 90 persen nilainya sejak akhir 2019.

Menurut salah satu pedagang sayuran disana, harga pangan yang melonjak berakibat pelanggan mengurangi daya beli mereka, yang biasanya mereka mampu beli satu kilo sayuran, saat ini hanya bisa beli setengahnya. Bahkan ada yang langsung pergi ketiga tahu harganya.

“Mereka yang dulu membeli satu kilo sayuran sekarang membeli setengahnya, sementara yang lain membeli per potong. Beberapa pergi begitu saja setelah mengetahui harganya,” kata Ahmed, seorang penjual sayur.

Baca Juga: Makan di Malam Hari Ternyata Penyebab Anda Tak Nyenyak Tidur Bahkan Susah Tidur, Kok Bisa? Simak Ulasannya

Baca Juga: Apabila Kuku Kaki Anda Terlihat Gelap, Bisa Jadi Kemungkinan Anda Terkena Gejala Baru Covid-19

Sebagai salah satu contoh, apabila satu bulan makan buka puasa untuk sebuah keluarga beranggotakan lima orang sekarang diperkirakan menelan biaya dua setengah kali lipat dari upah minimum yang bernilai $ 60 pada harga pasar gelap.

Sementara itu, harga pangan telah meroket bahkan untuk kebutuhan pokok rumah tangga yang paling sederhana.

Lebanon mengimpor sebagian besar barangnya, termasuk makanan, dan inflasi pangan di Lebanon adalah yang tertinggi di dunia, menurut Perserikatan Bangsa-Bangsa karena harga pangan telah melonjak di atas 400 persen

“Gaji kami tidak berubah tapi harga melonjak,” kata warga Hana Sader.

Halaman:

Editor: Yayang Hardita

Sumber: Aljazeera


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah