Konflik Israel dan Palestina Sudah Berjalan 100 Tahun Lebih, Berikut Kisah Awal Mulanya

- 17 Mei 2021, 17:50 WIB
Petugas penyelamat membawa korban di tandu di tengah puing-puing di lokasi serangan udara Israel, di Kota Gaza, Minggu, 16 Mei 2021.
Petugas penyelamat membawa korban di tandu di tengah puing-puing di lokasi serangan udara Israel, di Kota Gaza, Minggu, 16 Mei 2021. /REUTERS/Mohammed Salem

KABAR BESUKI - Konflik antara Palestina dan Israel sampai saat ini masih menjadi sorotan dari segala pihak di dunia. Perang semakin memanas antara kedua belah pihak. Korban jiwa banyak yang berjatahun. Lalu apa yang menyebabkan semua itu terjadi?

Awal mula terjadinya konflik bagi kedua negara tersebut patut diketahui mengingat panjangnya masalah yang terus terjadi dari tahun ke tahun.

Bagaimana kisah antara Palestina dan Israel? Mari simak penjelasan berikut yang sudah Kabar Besuki kutip dari situs bbc.com:

Baca Juga: Turki dan Iran Bersatu Turun Tangan Ambil Tindakan Mengatasi Konflik Panas Antara Palestina dan Israel!

Dikatakan terjadi masalah yang sudah berjalan sejak 100 tahun.

Setelah penguasa sebagian wilayah Timur Tengah, Kesultanan Utsmaniyah, kalah dalam Perang Dunia Pertama, Inggris mengabil alih kawan yang dikenal sebagai Palestina.

Lalu muncul ketegangan setelah "rumah nasional" didirikan oleh Inggris, hal itu terjadi atas perintah masyarakat dunia. "rumah dunia" adalah tempat warga Yahudi di Palestina.

Baca Juga: Israel Gempur Rumah Pimpinan Hamas Tewaskan 4 Orang Hingga Melukai Istri dan Putrinya

Wilayah itu diakui sebagai tanah air leluhur kaum Yahudi, tetapi warga Arab Palestina juga.

Pada tahun 1920-an hingga 1940-an, dikatakan orang Yahudi yang datang ke wilayah itu semakin bertambah. Banyak di antara mereka adalah orang Yahudi yang menyelamatkan diri dari persekusi Eropa dan mencari tanah air sesudah Holokaus Perang Dunia Kedua.

Yahudi dan Arab dikabarkan semakin meningkat kasus kekerasannya, dan aksi menentang kekuasaan Inggris, juga meningkat.

PBB memutuskan wilayah Palestina dibagi menjadi dua negara terpisah bagi bangsa Yahudi dan bangsa Arab Palestina. Hal itu terjadi pada tahun 1947, Adapun Yerusalem ditetapkan sebagai kota internasional.
Baca Juga: Jokowi Bahas KPK, Pemberhetian 75 Pegawai Bukan dari TWK
Pengaturan itu diterima oleh kalangan pemimpin Yahudi namun ditolak oleh bangsa Arab dan kemudian tidak pernah diterapkan.

Kemudian terjadi pembentukan Israel dan 'Malapetaka'

Adanya masalah yang tak kunjung usai, pada 1948 penguasa Inggris angkat kaki dan para pemuka Yahudi mendeklarasikan pembentukan negara Israel.

Warga Palestina saat itu menyuarakan penolakan dan kemudian terjadilah perang yang semakin memanas. Tentara dari negara-negara Arab yang bertetangga melakukan penyerbuan.

Baca Juga: Kabar Duka, Penulis Kelahiran Banyuwangi Teguh Esha ‘Ali Topan Anak Jalanan’ Meninggal Dunia

Ratusan ribu warga Palestina melarikan diri atau dipaksa meninggalkan rumah dalam peristiwa yang mereka sebut sebagai Al Nakba atau "Malapetaka".

Satu tahun kemudian, saat-saat perang hendak berhenti, melalui gencatan senjata, Israel sudah berhasil menguasai sebagian besar wilayah.

Yordania dikatakan menduduki wilayah yang kemudian menjadi Tepi Barat, dan Mesir menguasai Gaza.

Baca Juga: Israel Hadapi 2 Perang Sekaligus tak Hanya Melawan Palestina Tetapi Juga Perang Saudara di Kota Lod

Yerusalem dibagi antara pasukan Israel di bagian Barat, dan pasukan Yordania di bagian Timur.

Tdak adanya perjanjian perdamaian - kedua belah pihak saling menyalahkan - terjadi lah perang dan pertempuran selama puluhan tahun berikutnya.

Dalam perang berikutnya pada tahun 1967, Israel menduduki Yerusalem Timur dan Tepi Barat, dan juga sebagian besar wilayah Dataran Tinggi Golan yang dikuasai Suriah, Gaza dan Semenanjung Sinai yang dikuasai Mesir.

Baca Juga: Satgas Pastikan Bakal Terjadi Kenaikan Kasus Positif Covid-19 di Indonesia pada Pekan Depan

Kebanyakan pengungsi Palestina dan keturunan mereka tinggal di Gaza dan Tepi Barat. Negara tetangga Suriah, Yordania dan Lebanon juga dikatakan sebagai tempat tinggal mereka.

Israel tidak membolehkan para pengungsi itu dan keturunan mereka pulang ke rumah mereka sendiri. Israel beralasan kepulangan pengungsi akan membebani negara itu dan mengancam keberadaan negara iti sebagai negara Yahudi.

Pada saat itu, Israel masi memiliki kuasa atas Tepi Barat, dan meskipun sudah mundur dari Gaza, PBB masih menganggap wilayah itu sebagai bagian dari wilayah yang diduduki Israel.

Baca Juga: Kekerasan Israel dengan Palestina Menarik Perhatian Beberapa Negara, AS Upayakan Gencatan Senjata

Israel mengakui seluruh Yerusalem sebagai ibu kotanya, tetapi Palestina menyatakan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya di masa depan.

Amerika Serikat adalah salah satu dari segelintir negara yang mengakui klaim Israel atas seluruh wilayah kota tersebut.

Dikatakan selama 50 tahun terakhir, Israel sudah membangun permukiman di daerah-daerah itu yang kini ditempati oleh lebih dari 600.000 warga Yahudi.

Palestina menegaskan pembangunan itu melanggarar hukum internasional dan menjadi batu sandungan dalam perundingan perdamaian, tetapi Israel menepisnya.

Baca Juga: Kontestan Miss Universe Asal Myanmar Jadi Sorotan Setelah Aksinya Membawa Pelakat ‘Pray for Myanmar’

Masalah utama yang terjadi pada dua negara itu yakni: Israel dan Palestina gagal mencapai titik temu dalam sejumlah masalah.

Salah satunya yakni perbuatan yang dilakukan terhadap pengungsi Palestina, apakah permukiman Yahudi di Tepi Barat yang diduduki Israel dibiarkan atau dibongkar.

Konflik lain terkait dengan Yerusalem, apakah kedua pihak seharusnya berbagi kota itu. Dan yang mungkin paling pelik adalah apakah negara Palestina semestinya didirikan berdampingan dengan Israel.

Selama 25 tahun terakhir, perundingan perdamaian masih sering dilakukan, namun hingga kini belum berhasil menyelesaikan konflik.

Baca Juga: Foto Presiden Jokowi Viral di Medsos Santap Sate Babi, Apa Benar? [Fakta atau Hoax]

Dikatakan konflik Palestina-Israel belum akan terselesaikan dalam waktu dekat.

Amerika Serikat menawarkan rencana terbaru ketika Donald Trump menjabat sebagai Presiden, namun ditolak oleh Palestina karena dianggap condong ke Israel dan pada akhirnya tidak pernah diterapkan.

Kesepakatan kedua belah pihak akan menjadi pintuk untuk mendamaikan keadaan di masa depan. Meski saat ini dikatakan masalah antara dua negara itu sangatlah rumit.

Konflik Palestina-Israel akan terus berlanjut selama belum adanya kesepakatan yang disetujui.***

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: BBC


Tags

Terkini

x