KABAR BESUKI - Pemimpin Angkatan Udara Myanmar, Maung Maung Kyaw, dilaporkan bertolak ke Rusia untuk menghadiri pameran helikopter tempur, Kamis, 20 Mei 2021, ketika negaranya masih bergolak akibat kudeta militer.
Myanmar berada dalam kekacauan sejak militer menggulingkan dan menahan pemerintah terpilih Aung San Suu Kyi serta pejabat partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), 1 Februari 2021.
Sejak saat itu pula, militer telah menghadapi protes dari pendukung pro-demokrasi yang terjadi setiap hari.
Dua sumber Kedutaan Besar Myanmar untuk Rusia, seperti dilansir Kabar Besuki dari The Moscow Times bahwa Maung Kyaw sudah tiba di Moskow untuk menghadiri pameran Heli Russia.
Beberapa sumber lain juga mengonfirmasi kepada media Myanmar, The Irrawaddy, bahwa MaungKyaw memang berangkat ke Moskow bersama satu delegasi.
Menurut sumber The Irrawady, delegasi itu ke Rusia untuk membahas "lebih dari 20 megaproyek" yang mencakup pengadaan senjata dan perangkat keras militer.
Atase militer Kedubes Myanmar di Moskow belum menanggapi permintaan konfirmasi dari Reuters. Sementara itu, Kementerian Rusia juga belum memberikan informasi terkait kedatangan delegasi Myanmar ini.
Militer menanggapi protes penentangnya di kota-kota besar dan kota-kota kecil menggunakan kekerasan hingga kekuatan mematikan.
Menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), hingga Senin, 17 Mei 2021, 802 orang tewas akibat tindakan keras pasukan keamanan pemerintah militer atau junta.
Baca Juga: Kwetiau Goreng Seafood Pedas Bikin Ngiler, Simak Resep dan Cara Memasaknya Secara Lengkap
Warga Kota Mindat Myanmar memohon bantuan setelah digempur pasukan junta militer Myanmar. Seperti dilaporkan AFP, Rabu, 19 Mei 2021, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) memperingatkan pertempuran itu mungkin telah memaksa ribuan orang melarikan diri.
“Pasukan pemerintah menggunakan artileri untuk mengusir pemberontak dari kota Mindat di barat setelah pertempuran meletus pada 12 Mei,” kata seorang juru bicara kelompok pemberontak setempat, dan kemudian memutus pasokan airnya.
Smentara itu, dua pejabat pada Kedutaan Besar (Kedubes) Myanmar di Tokyo, Jepang, dipecat setelah memprotes kudeta militer di negara asal mereka. Pemecatan keduanya yang dilakukan oleh junta militer semakin menambah daftar diplomat Myanmar yang ditindak tegas usai kudeta
Baca Juga: 5 Tahun Menikah Larissa Chou Gugat Cerai Alvin Faiz: Tidak Ada Orang Ketiga Atau Poligami
Seperti dilaporkan kantor berita Jepang, Kyodo, dan dilansir AFP, Kamis, 20 Mei 2021, Aung Soe Moe yang menjabat administrator pada Kedubes Myanmar dan seorang kolega juniornya dipecat setelah mereka melakukan aksi mogok kerja.
Mengutip dokumen yang bocor ke media, Kyodo menyebut sekitar 100 diplomat Myanmar di berbagai negara telah dipecat setelah melawan junta militer.
Militer Myanmar melengserkan pemimpin sipil Myanmar, Aung San Suu Kyi, dalam kudeta pada Februari lalu. Kudeta itu memicu unjuk rasa besar-besaran yang dihadapi dengan tindak kekerasan mematikan oleh pasukan keamanan Myanmar.***