Sanksi Berat Terhadap Rusia atas Ukraina, Amerika Serikat Siap Melakukan Boikot

- 7 April 2022, 15:19 WIB
Ilustrasi Sanksi Berat Rusia
Ilustrasi Sanksi Berat Rusia /Pixabay/

KABAR BESUKI - Ukraina menginginkan sanksi yang sangat berat untuk Rusia karena telah menyebabkan kerusakan, dan untuk mengakhiri perangnya setelah menuduh beberapa negara yang masih memprioritaskan uang daripada hukuman atas pembunuhan warga sipil.

Dunia demokrasi harus menolak minyak dari Rusia, dan sepenuhnya memblokir bank-bank Rusia dari sistem keuangan internasional, kata Presiden Volodymyr Zelenskyy dalam pidato hariannya pada kamis pagi.

Setelah beredarnya gambar mengerikan dari warga sipil yang tewas di jalan-jalan Bucha yang akhirnya memicu kecaman internasional, Zelensky mengatakan pasukan Kremlin berusaha menutupi bukti kekejaman mereka.

Baca Juga: Malaysia Ingin Menjadikan Bahasa Melayu Sebagai Bahasa Kedua ASEAN, Joanne Lin: Banyak Hal yang Lebih Mendesak

“Kami memiliki informasi bahwa militer Rusia telah mengubah taktiknya dan mencoba untuk menyingkirkan orang-orang yang terbunuh dari jalan-jalan dan ruang bawah tanah, ini adalah upaya mereka menyembunyikan bukti,” kata Zelensky, tetapi tidak memberikan bukti.

Moskow membantah menargetkan warga sipil dan mengatakan bahwa gambar mayat di Bucha ditampilkan untuk memberikan lebih banyak sanksi kepada Moskow serta menggagalkan pembicaraan damai.

Invasi Rusia selama enam minggu akhirnya memaksa lebih dari 4 juta orang melarikan diri ke luar negeri, membunuh dan melukai orang membuat seperempat populasi kehilangan tempat tinggal.

Dilansir Kabar Besuki dari CNA, mengubah kota di Ukraina menjadi puing-puin dan mendorong pembatasan Barat pada elit Rusia dan ekonomi.

Baca Juga: Anak-anak Vladimir Putin Bakal Ikut Dijatuhi Sanksi dari Amerika Serikat Akibat Invasi Rusia Terhadap Ukraina

Washington pada Rabu mengumumkan pemberian sanksi kepada kedua putri Presiden Vladimir Putin, beberapa hari setelah penemuan mayat warga sipil yang ditembak mati dari jarak dekat di Bucha ketika direbut kembali oleh pasukan Rusia.

Amerika Serikat juga menginginkan Rusia dikeluarkan dari forum G20 dan memboikot sejumlah pertemuan G20 di Indonesia jika pejabat Rusia muncul.

Namun, kepala kantor kepresidenan Ukraina Andrii Yermak mengatakan pada Rabu malah bahwa sekutunya harus melangkah lebih jauh.

“Sanksi bagi Rusia harus cukup berat, supaya kita bisa mengakhiri perang yang mengerikan ini,” katanya.

Baca Juga: Rusia Membantai Warga Sipil Bahkan Tim Penyelamat Korban Dihentikan

“Tujuan saya adalah untuk memberlakukan embargo pada pasokan teknologi, peralatan, mineral, dan bijih ke Rusia, mineral bisa digunakan secara ganda pada tanah yang jarang, dengan demikian menghentikan produksi senjata di Rusia,” lanjutnya.

Zelensky sebelumnya kritik beberapa orang Barat.

“Satu-satunya hal yang kurang adalah pendekatan prinsip dari beberapa pemimpin, banyak yang masih berpikir bahwa perang dan kejahatan perang bukanlah sesuatu yang mengerikan seperti kerugian finansial,” katanya kepada anggota parlemen Irlandia. 

Diplomat Uni Eropa gagal menyetujui sanksi baru pada hari Rabu, karena masalah teknis, termasuk larangan batubara akan mempengaruhi kontrak yang ada.

Anggota Uni Eropa Hungaria mengatakan pihaknya siap untuk memenuhi permintaan Rusia untuk membayar gas dengan Rubel.

Para pembuat kebijakan Barat mengecam pembunuhan di Bucha sebagai kejahatan perang, dan pejabat Ukraina mengatakan kuburan massal di dekat sebuah gereja berisi antara 150 sampai 300 mayat.

Baca Juga: HYBE Bantah Tuduhan yang Diberikan ke Kim Garam LE SSERAFIM: Itu Semua Tidak Benar

Rusia mengatakan mereka terlibat dalam operasi militer khusus yang dirancang untuk demiliterisasi dan "denazifikasi" Ukraina. 

Ukraina dan pemerintah Barat menolak itu sebagai dalih palsu untuk invasinya.

Rusia terus bersiap melakukan serangan untuk mendapatkan kendali penuh atas wilayah timur Donetsk dan Luhansk yang memisahkan diri serta pelabuhan selatan Mariupol yang terkepung, tempat puluhan ribu orang terperangkap, staf umum angkatan bersenjata Ukraina mengatakan Rabu malam.

Pihak berwenang Ukraina mengatakan mereka tidak dapat membantu pengungsi dari kota garis depan timur Izyum atau mengirim bantuan kemanusiaan, karena kota itu sepenuhnya berada di bawah kendali Rusia.

Banyak orang di kota timur Derhachi, tepat di utara Kharkiv dan dekat perbatasan dengan Rusia, telah memutuskan untuk pergi selagi bisa.

Baca Juga: Kim Garam LE SSERAFIM Dituduh Lakukan Penindasan di Sekolah, Netizen Bongkar Ini

Bangunan telah rusak parah oleh artileri Rusia. Kharkiv sendiri telah dihantam oleh serangan udara dan roket sejak awal.

Mykola, ayah dari dua anak di Derhachi yang menolak memberikan nama keluarganya, mengatakan bahwa dia bisa mendengar bunyi bom setiap malam, dan telah berjongkok bersama keluarganya di koridor rumah mereka.

"Kami akan pergi kemana pun ke tempat yang tidak ada ledakan, di mana anak-anak tidak perlu mendengarnya," katanya, memeluk putranya yang masih kecil dan berjuang untuk menahan air mata.

Sanksi baru AS termasuk larangan orang Amerika berinvestasi di Rusia.

Sanksi tersebut menyerang Sberbank Rusia, yang memegang sepertiga dari total aset perbankan Rusia, dan Alfabank, lembaga keuangan terbesar keempat di negara itu, tetapi transaksi energi dikecualikan, kata pejabat AS.

Inggris juga membekukan aset Sberbank, dan mengatakan akan melarang impor batubara Rusia pada akhir tahun.

Baca Juga: Update Kasus Nida 'Tangmo', Jaksa Desak Polisi Agar Menyelesaikan Penyelidikan Karena Hal Ini

Sedangkan Eropa sedang berjalan di atas tali Rusia dan memasok sekitar 40 persen dari konsumsi gas alam UE dan blok itu juga mendapat sepertiga dari impor minyaknya di Rusia, sekitar US$700 juta per hari.

Jerman, mempunyai ekonomi terbesar di Eropa bergantung gas pada Rusia untuk sebagian kebutuhan energinya, meskipun mendukung penghentian impor energi Rusia, Jerman tidak dapat membatalkan dalam semalam.

Terlepas dari sanksi, rubel Rusia memperpanjang pemulihan keuntungan pada hari Rabu, kembali ke level yang terlihat sebelum invasi, mengabaikan kekhawatiran potensi gagal bayar pada utang internasional karena membayar pemegang obligasi dolar dalam bentuk rubel.***

Editor: Yayang Hardita

Sumber: Channel News Asia


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x