“Yang pertama Qadar artinya penentuan, di malam ini Allah menentukan banyak hal, salah satunya yang paling ditentukannya pada malam inilah, seperti malam itulah turun Al-Qur’an bisa juga yang berkaitan dengan kehidupan manusia,” lanjut Quraish.
Menurut Quraish Shihab pengertian yang kedua Qadar adalah mulia, dan kemuliaan tidak dapat dilukiskan, Allah hanya menyebutkan bahwa malam itu adalah malam yang lebih hebat dari malam seribu bulan.
Alumni Al-Azhar Cairo itu kembali menjelaskan arti ketiga Qadar adalah sempit karena terlalu banyaknya malaikat yang turun sehingga membuat bumi ini sempit.
“Yang ketiga, sempit, ini malam sempit, kenapa sempit? karena terlalu banyak malaikat yang turun ke bumi, sehingga sempit itu maknanya,” tegas Shihab.
Quraish Shihab menjelaskan secara rinci kalau membahas tentang malam Lailatul Qadar gunakan Al-Qur’an sebagai rujukan, karena AL-Qur’an itu tidak bisa berbohong atau dibohongi.
“Sekarang mari kita lihat kalau kita mau cara tentang Lailatul Qadar, kita tidak bisa menggunakan akal dalam menentukan ini atau tidak, karena akal kita tidak mampu untuk menjangkau seluruh hakikatnya, itu sebabnya dalam Al-Qur’an ketika Allah berbicara Inna anzalnaahu fii lailatil-Qadr, dinyatakan Wa maa adraaka maa Lailatul-Qadr, apa yang menjadikan engkau tahu tentang Lailatul Qadar, kamu tidak bisa tahu. Semua kata Wa maa adraka itu menggambarkan bahwa manusia itu tidak mampu menjangkaunya. Karena itu, kalau mau bicara Lailatul Qadar rujuk kepada Al-Qur’an atau kepada penjelasan nabi, karena tidak bisa di akal-akalin,” jelas Quraish Shihab secara detail.
Baca Juga: Didesak Mahasiswa UI Buka Big Data Penundaan Pemilu, Luhut Menolak: Anda Tidak Berhak Tuntut Saya
Menurutnya ada beberapa indikator yang bisa ditarik dari Al-Qur’an, didalam Lailatul Qadar hanya ada dua hal yang disebut Tuhan.
“Tanazzalul malaaikatu warruuhu fiiha bi idzni rabbihim min kulli amr, baru Salaamun hiya hatta mathla’il fajr, malaikat turun dan ada rasa damai,” terang Abi Quraish.