3 Penceramah Ini Sangat Dirindukan Kehadirannya di Layar Televisi, Meski Telah Meninggal Dunia

- 13 April 2021, 15:11 WIB
 Ilustrasi Tema Ramadhan
Ilustrasi Tema Ramadhan /Rizqi A/PIXABAY/john1cse

KABAR BESUKI – Ketika waktu menjelang berbuka puasa tiba dan Anda sedang berada di rumah, mata Anda rasanya tidak mudah untuk berpaling dari layar televisi untuk menyaksikan aneka hiburan sebelum waktu Maghrib tiba.

Umumnya, beberapa stasiun televisi menghadirkan program menarik untuk menyapa pemirsa sebelum berbuka puasa seperti sinetron, variety show komedi, bahkan kartun.

Namun ada satu program yang sangat dinanti-nantikan kehadirannya ketika semakin mendekati waktu Adzan Maghrib, yakni kuliah tujuh menit atau yang disebut dengan istilah kultum.

Baca Juga: Sinopsis Veteran Tayang di tvN Movies 13 April 2021, Seorang Detektif Kejam Memburu Pemuda Pecandu Narkoba

Baca Juga: Sinopsis Miss Baek Tayang di tvN Movies 13 April 2021, Perjuangan Han Ji Min Melepas Citra Sebagai Mantan Napi

Baca Juga: 4 Program Komedi Ramadhan Paling Fenomenal dari Masa ke Masa, Mulai Sahur Kita hingga YKS

Selain berfungsi untuk menyajikan siraman rohani sebelum masuk waktu berbuka puasa, tayangan tersebut juga merupakan strategi stasiun televisi untuk memaksimalkan potensi revenue iklan sebelum Adzan Maghrib dikumandangkan, dengan asumsi pemirsa akan stay tune hingga waktu berbuka tiba.

Agar tujuan idealisme dan bisnis dari program kultum dapat berjalan secara beriringan, stasiun televisi berlomba-lomba menggandeng penceramah yang memiliki pengaruh kuat di kalangan umat Islam Indonesia secara nasional.

Berikut ini beberapa nama penceramah yang dirindukan oleh pemirsa televisi Indonesia meski telah meninggal dunia sebagaimana dirangkum Kabar Besuki dari berbagai sumber:

  1. K.H. Zainuddin MZ

Lahir di Jakarta, 2 Maret 1952 dengan nama asli Zainuddin Hamidi, penceramah yang dijuluki sebagai “dai sejuta umat” ini sangat dinanti-nantikan kehadirannya di layar televisi nasional, terutama ketika bulan Ramadhan tiba.

Cara berdakwah almarhum terbilang sangat mudah dipahami oleh seluruh lapisan masyarakat, karena menggunakan bahasa yang sederhana.

Bahkan, rekaman ceramah almarhum tidak hanya laris manis di pasar dalam negeri, tetapi juga mampu menembus kancah Asia.

Baca Juga: Pandemi COVID-19 'Masih Jauh dari Kata Selesai', Ini Kata WHO

Baca Juga: Apa yang Harus Anda Lakukan Setelah Disengat Ikan Pari, Ubur-Ubur, atau Lebah? Simak Ulasan Berikut!

Selain aktif sebagai penceramah, almarhum juga terlibat dalam dunia politik dan pernah bergabung dengan sejumlah partai yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Partai Bintang Reformasi (PBR), hingga Partai Gerindra.

Almarhum wafat di Jakarta tepat ketika berusia 59 tahun pada 5 Juli 2011. Meski demikian, ceramah dan nasihat-nasihat terbaik almarhum selalu dirindukan oleh masyarakat Indonesia.

  1. Ustadz Jefri Al Buchori

Ustadz Jefri Al Buchori atau yang akrab disapa Uje ini awalnya menekuni karir di dunia hiburan sebagai seorang penyanyi dan aktor.

Semasa mudanya, almarhum tinggal di lingkungan yang akrab dengan dunia malam, di mana terdapat banyak bar dan diskotek yang berada dekat rumahnya.

Narkoba, disko, dan bilyar sangat dekat dengan kehidupan almarhum sebelum akhirnya dekat dengan Pipik Dian Irawati pada tahun 1995 dan menikahinya sekitar empat tahun berikutnya (1999).

Baca Juga: Umat Muslim di Indonesia Memulai Ramadhan 13 April 2021, Pemerintah Mengizinkan Masjid untuk Tetap Buka

Baca Juga: Indonesia Merasa Puas dengan Efektivitas Vaksin COVID-19 dari China

Baca Juga: Jepang Akan Melepaskan Lebih dari 1 Juta Ton Air yang Terkontaminasi dari Stasiun Nuklir Fukushima ke Laut

Pernikahannya dengan Umi Pipik menjadi titik balik kehidupan almarhum sekaligus langkah awal pertobatan dari masa lalunya, hingga akhirnya almarhum dikenal luas sebagai seorang penceramah yang dekat dengan dunia remaja hingga meninggal dunia.

Uje memulai debutnya di layar televisi ketika dikontrak oleh Trans7 (ketika itu masih bernama TV7) pada tahun 2002 sebagai penceramah untuk program “Sahur Salsa”.

Namanya semakin melambung ketika SCTV mengontraknya secara eksklusif selama beberapa tahun sejak 2005 untuk seluruh program yang ditayangkan stasiun televisi tersebut, terutama pada saat Ramadhan.

Kesuksesannya tampil sebagai penceramah di televisi membuat almarhum sempat dikontrak untuk tampil membintangi iklan sejumlah produk yang menyasar segmen remaja.

Almarhum Uje meninggal dunia dalam usia 40 tahun pada 24 April 2013 ketika mengalami insiden kecelakaan tunggal saat mengendarai motor miliknya usai mengisi sebuah ceramah off-air.

Meski almarhum telah berada di Rahmatullah, pesan-pesan almarhum khususnya bagi generasi muda Indonesia akan selalu dikenang sepanjang masa.

  1. Syekh Ali Jaber

Lahir di Madinah, Arab Saudi pada 3 Februari 1976, Syekh Ali Jaber dikenal telah menekuni Al-Qur’an sejak kecil melalui didikan orang tuanya (khususnya ayah) yang sangat tegas dalam urusan agama.

Baca Juga: Ruang ICU di Rumah sakit Ontario Penuh! Karena Jumlah Pasien Positif Covid-19 Meningkat Drastis

Baca Juga: Kasus Positif Covid-19 Semakin Tinggi, Hal Ini Membuat Kamar Rawat Inap Naik untuk Minggu Kedua Berturut-Turut

Sebagai anak pertama dalam keluarga intinya, almarhum mengemban tugas yang tidak mudah yakni meneruskan perjuangan ayahnya dalam menyebarkan ajaran Islam hingga akhirnya almarhum menginjakkan kakinya di Indonesia.

Meski sempat merasa dipaksa oleh sang ayah, almarhum baru menyadari bahwa didikan orang tuanya untuk rajin sholat dan mempelajari Al-Qur’an merupakan kebutuhan dan tanggung jawab bagi dirinya sebagai seorang muslim ketika telah menginjak usia remaja.

Bahkan, almarhum sukses menghafal seluruh isi Al-Qur’an (30 juz) pada saat masih berusia sebelas tahun.

Ketika hijrah dari Arab Saudi ke Indonesia, almarhum dikenal dekat dengan Ustadz Yusuf Mansur dan dari situlah almarhum mempelajari cara berdakwah dengan pendekatan yang cocok untuk masyarakat Indonesia.

Karena itulah, almarhum bahkan rela mengganti kewarganegaraannya sebagai Warga Negara Indonesia (WNI) sejak 2012 demi mendakwahkan Islam di tanah air.

Almarhum memulai debutnya sebagai penceramah di pertelevisian Indonesia ketika dipercaya TV One untuk tampil di program Damai Indonesiaku sejak 2011.

Dua tahun kemudian (2013), RCTI mempercayakannya sebagai salah satu dewan juri untuk program Hafiz Indonesia hingga akhir hayatnya (sempat absen pada tahun 2019 karena sedang menjalani perawatan di rumah sakit ketika proses shooting berlangsung).

Keberhasilannya menjadi juri Hafiz Indonesia membuat RCTI mempercayakan jasa almarhum untuk mengisi program Kultum dan Doa Harian yang ditayangkan menjelang berbuka puasa sejak 2015.

Baca Juga: Muncul Efek Samping Aneh Setelah Vaksinasi COVID-19: Berubahnya Siklus Menstruasi Bagi Wanita

Baca Juga: Panduan Melaksanakan Tarawih di Masjid saat Pandemi Covid-19 agar Aman

Baca Juga: 4 Program Komedi Ramadhan Paling Fenomenal dari Masa ke Masa, Mulai Sahur Kita hingga YKS

Almarhum meninggal di Jakarta pada Kamis, 14 Januari 2021 dalam keadaan negatif COVID-19, meski sempat dinyatakan positif.***

Editor: Yayang Hardita

Sumber: berbagai sumber


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah