Mengenang Nawal El-Saadawi, Penulis dan Pegiat Feminis Dunia yang Tutup Usia Pada Umur 89 Tahun

22 Maret 2021, 19:03 WIB
Foto Nawal el-Saadawi, /Reuters/sumber: Reuters

KABAR BESUKI – Nawal el-Saadawi, psikiater dan penulis Mesir yang telah membuat lebih dari 55 buku meninggal dunia di RS Kairo setelah lama sakit. Ia meninggal pada usia 89 tahun, pada Minggu, 21 Maret 2021.

Pada Sabtu, putri Saadawi meminta negara untuk membayar biaya rumah sakit yang tinggi setelah ia menderita patah tulang pinggul.

“Saya tidak peduli tentang kritik akademik, atau orang yang menulis ulasan kritik, saya tidak pernah dianggap oleh mereka atau pemerintah,” kata feminis radikal itu kepada AFP pada 2015.

Baca Juga: Dijual di Pasaran, Simak Ternyata Inilah Perbedaan Daging Sapi Segar-Beku dan Daging Kerbau

Baca Juga: Irene Sukandar Tidak Main-Main dengan Predikat GM, Dewa Kipas ‘Resmi’ Kalah

Baca Juga: Yuk Simak Pengalaman Ridwan Kamil yang Pernah Menjalani Hampir 20 Kali Tes PCR, Seperti Apa?

Saadawi pernah dipenjara oleh Presiden Anwar Sadat yang vokal mengenai ketidaksetaraan antara perempuan dan laki-laki.

Dia mengatakan anak muda di Mesir telah memberikannya pengakuan dan cinta, kata penulis yang bukunya sudah diterjemahkan ke lebih dari 30 bahasa, termasuk “Women and Sex”.

Saadawi dikenal karena mengecam female genital mutilation atau sunat perempuan yang dialaminya sendiri.

Dalam otobiografinya, dia menulis luka mendalam yang tertinggal di dalam tubuhnya tidak pernah sembuh.

Penulis yang bercerai tiga kali itu juga menentang Ikhwanul Muslimin Mesir, yang dia tuduh membajak revolusi negara itu pada tahun 2011.

Pandangan sang penulis berulang kali menimbulkan konflik dengan otoritas, dia pernah dipenjara selama tiga bulan pada 1981. Momen di penjara menginspirasi dia menulis novel Woman at Point Zero.

Baca Juga: Diduga Sudah Memasuki Musim Kemarau dan Telah Alami Kebakaran Hutan, Satgas Riau Fokus Lakukan Pemadaman

Baca Juga: Modal Tidak Mencukupi? 6 Bisnis Modal Kecil yang Tidak Menguras Kantong, Cek Yuk

Tidak hanya itu, Saadawi juga merupakan target dari militan Islam. Namanya ada di daftar orang yang diincar nyawanya, termasuk di dalamnya Naguib Mahfouz yang ditikam dan terluka, dalam usaha pembunuhan pada 1994.

Penulis yang punya dua anak ini mengatakan, “saya bisa mendeskripsikan hidup saya sebagai hidup mengabdi untuk menulis, walau saya seorang dokter. Meski banyak tantangan, saya terus menulis.”

Dalam peranannya, ia juga merupakan pendiri dan presiden ‘Asosiasi Perempuan Arab’ dan salah satu pendiri ‘Asosiasi Arab untuk Hak Asasi Manusia’.

Ia dianugerahi gelar kehormatan di tiga benua. Pada tahun 2004, ia memenangkan North-South Prize dan Majelis Eropa.

Pada tahun 2005, ia memenangkan Penghargaan Internasional Inana di Belgia, dan pada tahun 2012, Biro Perdamaian Internasional menganugerahinya Penghargaan Perdamaian Sean MacBride 2012.

Baca Juga: Tri Rismaharini Sebut Kemensos Sangat Butuh Profesi Psikolog Demi Mendukung Keberdayaan Sosial

Baca Juga: Good News! Kakak J-Hope BTS, Jung Jiwoo Gabung di Cube Entertaiment

Beberapa karyanya yang terkenal antara lain: Perempuan di Titik Nol, The Hidden Face of Eve, Memoirs of a Woman Doctor, dan A Daughter of Isis.***

Editor: Yayang Hardita

Sumber: REUTERS

Tags

Terkini

Terpopuler