Akibat Belalang, Petani Jagung di Banyuwangi Mengalami Kerugian Tetapi Warga Sekitar Mendapat Keuntungan

23 Februari 2021, 14:17 WIB
belalang goreng siap konsumsi ///Pikiran Rakyat

KABAR BESUKI – Selama kurang lebih 2 bulan terakhir, terhitung sejak pertengahan Desember 2020, populasi belalang di Kabupaten Banyuwangi meningkat dengan luar biasa.

Populasi belalang umumnya  meledak di bagian selatan Banyuwangi. Umumnya, belalang muncul di wilayah desa Grajagan, dan Siliragung.

Lokasinya secara spesifik berada pada akas tebu, jati, dan jagung. Di sana pihak perkebunan menanam sekitar 3 macam tanaman terebut.

Baca Juga: Menakjubkan! 4 Manfaat Jika Anda Seorang Pemaaf, Salah Satunya Sehatkan Jantung

Parahnya, jagung yang menjadi satu jenis tanaman di sana harus rusak. Rusak mulai dari daun, buahnya, hingga batangnya.

Peningkatan populasi ini mengancam pihak penanam untuk gagal panen.

Sebenarnya, bukan hanya belalang yang membuat jagung tersebut rusak. Namun, kerusakan tersebut juga disebabkan oleh orang-orang yang berburu belalang.

Bagi warga sekitar, peningkatan populasi belalang juga menjadi ajang untuk mencari puni-pundi rupiah. Pasalnya, jenis belalang yang meledak ini, termasuk jenis yang layak konsumsi.

Warga Desa Tegal Wagah, Kabupaten Banyuwangi menjadikan kegiatan berburu belalang ini menjadi profesi sampingan mereka.

Apabila mereka berangakat, sekitar 500 hingga 1.000 ekor belalang merupakan perolehan yang normal. Ditambah lagi, mereka berangkat hampir setiap hari.

Baca Juga: Heboh Isu Skandal Bullying yang Menerpa Publik Figur Korea, Netizen: Ada Isu Besar yang Sengaja Ditutupi

Saking besarnya populasi belalang, warga desa Tegal Wagah bisa mengirim hingga 3 box belalang ke berbagai tempat. Misalnya, Sidoarjo, Surabaya, dan Trenggalek.

Pada beberapa lokasi lain, belalang dijual di pinggir jalan dengan 100 ekor per ikat. Harga jualnya per 100 ekor bisa mencapai RP7 ribu – Rp10 ribu.

Harga di atas merupakan harga jual dengan keadaan belalang yang hanya dihilangkan kotorannya saja. Apabila mencari yang sudah digoreng, maka harganya bisa mencapai 15 ribu rupiah.

Sedangkan menurut penelitian yang dilakukan oleh Sri Suharini Siwi, Trisnaningsih, dan Harnoto dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Sumber Daya Genetik Pertanian, fenomenra ini perlu dikelola.

Baca Juga: Setelah Terinfeksi COVID-19, Kehilangan Bau dan Rasa Dapat Berlangsung hingga 5 Bulan!

Pengelolaan ini terkait antisipasi meledaknya hama belalang. Seperti yang terjadi pada tahun 1995, hama belalang sempat meledak dan merusak tanaman di berbagai tempat di Indonesia.

Kejadian tersebut kemudian mengakibatkan kerugian yang amat besar.

Menurut para peneliti tersebut, kemungkinan munculnya belalang ini dikarenakan kondisi lingkungan yang menguntungkan bagi tumbuh kembang belalang.

Misalnya, faktor iklim, sinar matahari, hujan, ketersediaan sumber pakan, berkurangnya predator, dan perubahan manfaat alam menjadi faktor-faktor penentu pembatasan populasi.***

Editor: Yayang Hardita

Sumber: Berbagai Sumber

Tags

Terkini

Terpopuler