Tradisi Jelang Ramadhan Perlu Dilestarikan, Pemprov Jatim ‘Megengan’ Hingga Pemkab Gorontalo Gelar Tonggeyamo

13 April 2021, 11:41 WIB
Kegiatan 'Megengan Online' di Gedung Negara Grahadi di Surabaya pada tahun 2020/laman resmi/ANTARA //Aini/

KABAR BESUKI-Wakil Sekretaris Lembaga Bahtsul Masail PBNU Mahbub Maafi mengatakan jelang bulan suci Ramadhan masyarakat Indonesia memiliki beragam tradisi yang hakikatnya baik dan perlu dilestarikan.

Macam-macam tradisi itu direalisasikan dalam bentuk ziarah kubur, makan bersama, hingga mandi bersama itu perlu dipertahankan, asal tak melenceng dari kaidah fikih.

"Sebenarnya itu tradisi yah, tradisi penghormatan terhadap bulan Ramadhan. Sebetulnya tidak ada masalah, hanya itu tradisi saja. Maka dikatakan, kita itu tidak usah menyelisihi atau keluar dari tradisi yang biasa dilakukan oleh orang sepanjang itu bukan sesuatu yang diharamkan," ujar Mahbub Maafi, yang dikutip dari Antara, Selasa, 13 April 2021.

Baca Juga: Terungkap, Ternyata Ini yang Dilakukan Amanda Manopo Pasca Kandasnya Hubungan dengan Billy Syahputra

Secara hakikat, tradisi ziarah sangat baik yakni mendoakan seseorang keluarga maupun kerabat yang telah meninggal. Selain itu bisa juga menjadi pengingat akan hadirnya kematian.

"Orang berziarah kubur itu tidak ada masalah, di mana dia ingat dalam kerangka untuk mengingat kematian, berdzikir ingat Allah itu bukan hal yang salah. Karena prinsip dasarnya kita tidak usah menentang suatu tradisi sepanjang tradisi itu bukan yang diharamkan," ungkap Ustadz Mahbub.

Juga kegiatan makan bersama atau dalam istilah masyarakat Sunda disebut "Munggahan". Munggahan berarti makan bersama jelang Ramadhan. Selain itu, masyarakat juga silih memberikan makanan yang telah diolahnya ke saudara dan tetangga.

Istilah Munggah ini memiliki perbedaan nama di tiap-tiap daerah. Aceh misalnya dikenal dengan istilah Meugang, Betawi dengan Nyorognya, Megibung di Karangasem, Bali, dan sejumlah istilah lainnya.

Baca Juga: Menyibak Gaya Bulan Madu Ala Atta dan Aurel yang Mendapat Kecaman dari Pakar Komunikasi

Menurut Ustadz Mahbub, tradisi-tradisi semacam ini harus dipertahankan bahkan dilestarikan karena pada dasarnya mengandung pesan kebaikan, saling berbagi, saling merasakan, dan saling membantu.

"Sebenarnya mengirim sedekah ke sini, mengirim sedekah ke sana, ke rumah saudara atau tetangga menjelang bulan Ramadhan itu sesuatu hal yang baik,” kata Ustadz Mahbub.

“Siapa tahu tetangga atau keluarga yang mau berpuasa bekalnya kurang. Itu kan tidak ada masalah, dan itu menurut saya perlu dilestarikan karena itu sesuatu tradisi yang baik, mungkin tidak ditemukan (di negara lain)," imbuhnya.

Ustadz Mahbub menjelaskan bahwa janganlah keluar dari kebiasaan manusia atau masyarakat (adat-istiadat) kecuali yang diharamkan. Dia menekankan tidak perlu bagi seseorang untuk menentang tradisi yang dilakukan masyarakat lokal.

Baca Juga: Sering Disepelekan, Ternyata Inilah Waktu Tepat untuk Anda Mengganti Sprei Kasur

Begitu pula dengan mandi, Mahbub mengatakan ragam mandi yang terdapat di Indonesia guna menyambut ramadhan merupakan tradisi lokal yang baik. Sebab mandi sendiri dalam Islam merupakan sebuah kebaikan karena terdapat unsur kebersihan di dalamnya.

Namun yang perlu digaris bawahi, tradisi yang baik tersebut bisa saja tidak boleh dilakukan apabila di dalamnya mengandung kerusakan atau beresiko merusak ibadah lainnya.

"Contohnya apabila menyakralkan suatu tempat mandi tertentu yang berisiko syirik, atau mandi bersama antara laki-laki dengan perempuan dalam satu tempat, itu tidak boleh dan dilarang," ujarnya.

Sementara itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur beberapa waktu lalu  menggelar tradisi "megengan" menyambut datangnya bulan suci Ramadhan 1442 Hijriah sekaligus doa bersama untuk korban gempa di wilayah itu.

Wakil Gubernur Jawa Timur, Emil Dardak tersebut mengajak masyarakat, khususnya umat Islam, tak berhenti mendoakan agar warga Jatim selalu diberi keselamatan dan dijauhkan dari segala musibah.

Baca Juga: Selain Mendapat Pahala dan Manfaat, Hal Baik Ini Akan Terjadi Ketika Anda Sedang Berpuasa

Emil Dardak turut prihatin atas gempa bumi yang melanda Kabupaten Malang pada Sabtu, 10 April 2021, siang, dan mengucapkan duka cita atas meninggalnya sejumlah korban jiwa akibat peristiwa tersebut.

Suami Arumi Bachsin tersebut berkesempatan memimpin tradisi "megengan" dan doa bersama karena mewakili Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa yang sedang meninjau lokasi bencana di Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang.

Pada tradisi "megengan", Wagub Jatim mengunduh gunungan kue apem yang secara simbolis diserahkan kepada Pengasuh Pondok Pesantren An-Nur 1 Bululawang, Kabupaten Malang, KH Ahmad Fahrur Rozi mewakili ulama.

"Megengan" merupakan tradisi yang merupakan akulturasi budaya lokal dan Islam, bahkan terjaga hingga saat ini, sekaligus pertanda menyambut datangnya bulan suci.

Sedangkan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Gorontalo, Provinsi Gorontalo juga menggelar tradisi menyambut bulan Ramadhan di rumah jabatan Bupati Gorontalo yakni, tradisi Tonggeyamo.

Baca Juga: Selain Mendapat Pahala dan Manfaat, Hal Baik Ini Akan Terjadi Ketika Anda Sedang Berpuasa

Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo, Senin, 12 April 2021, mengatakan Tonggeyamo diikuti oleh forum pemimpin daerah, lembaga adat, tokoh agama, dan tokoh masyarakat.

"Di Gorontalo ini setiap jelang bulan puasa ada tradisi Tonggeyamo, yaitu kegiatan rutin leluhur yang terus kami lestarikan, sama dengan sidang Isbat di tingkat nasional," ujar Bupati Gorontalo Nelson Pomalingo.

Pada tradisi itu, juga ada pesan yang disampaikan oleh pimpinan daerah dalam menjalani bulan Ramadhan.

Baca Juga: Sering Disepelekan, Ternyata Inilah Waktu Tepat untuk Anda Mengganti Sprei Kasur

"Saya meminta seluruh masyarakat menjaga kesehatan dan terus berikhtiar dan berdoa," kata Nelson.

Pada pelaksanaan tradisi adat Tonggeyamo, para pejabat di lingkungan pemerintah daerah tersebut mengenakan baju adat "Takowa Daa".***

 

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: ANTARA

Tags

Terkini

Terpopuler