Kritik Pedas Soal Ekspor Nikel, Faisal Basri: Hanya di Era Jokowi Indonesia Jadi Budak China

22 Oktober 2021, 17:00 WIB
Kritik Pedas Soal Ekspor Nikel, Faisal Basri: Hanya di Era Jokowi Indonesia Jadi Budak China /ANTARA/Wahyu Putro

KABAR BESUKI - Ekonom senior faisal Basri ikut memberikan komentar terkait 7 tahun kinerja pemerintahan Presiden Jokowi dari segi ekonomi.

Faisal Basri mengatakan bahwa ekonomi di era Presiden Jokowi cenderung terus mengalami penurunan. Ia bahkan memprediksi bahwa hingga 2024 nanti, ekonomi di Indonesia akan terus konsisten menurun.

“2 tahun ini jadi ekonomi Indonesia itu 8 terus turun 7, era SBY itu 6 terus era Jokowi 5, jadi gagal untuk meningkat sesuai dengan janjinya,” kata Faisal Basri seperti dikutip Kabar Besuki dari Youtube Hersubeno Point.

Baca Juga: Jokowi 'Kabur' ke Banjarmasin Saat BEM SI Melakukan Aksi Demo, Rocky Gerung: Ada 'Tuyul' di Istana

“Kemudian 5 tahun kedua itu saya perkirakan turun terus sampai tahun 2024,” imbuhnya.

Faisal Basri juga menyoroti terkait  smelter nikel di Indonesia. Menurutnya, smelter nikel di Indonesia sudah berada di tahap yang mengerikan.

Hal ini karena, banyak pengusaha asing dari China yang saat ini sudah banyak menguasai smelter nikel di Indonesia.

Padahal, maksimum pengusaha asing untuk mempunyai smelter nikel di Indonesia hanya sebanyak 40 persen.

Baca Juga: Puan Maharani Dideklarasikan Sebagai Capres 2024, Pakar Politik: Secara Elektabilitas Ganjar Lebih Unggul

“aturan mengatakan pengusaha asing itu menguasai tambang 40 persen, mereka 100 persen, siapapun menurut saya asing, negara manapun tidak boleh,” jelas Faisal Basri.

Dampak dengan banyaknya smelter nikel yang dimiliki oleh para pengusaha asing inilah yang akhirnya membuat rakyat Indonesia tidak bisa mengekspor nikel ke luar negeri.

“Sekarang ini harga di luar negeri 80 dollar per ton bijih nikel itu, kira-kira berapa rakyat dapet kalau dijual ke mereka itu,19 dollar” ujar Faisal Basri.

Faisal Basri juga menjelaskan terkait adanya HPM (harga patokan mineral) jika rakyat akan mengekspor bijih nikel ke luar negeri.

Baca Juga: Tercium Dugaan Ada Peran Jusuf Kalla di Balik Anies Baswedan Maju Jadi Capres 2024 Sampai Banjir Dukungan

Adanya HPM ini justru dinilai sangat merugikan karena akan membuat harga jual nikel menjadi turun drastis karena banyaknya biaya yang dikeluarkan.

“HPM nya biasanya ditentukannya 30, tapi nanti ada ongkos angkut, macem-macem terus ada afiliasi,harga nikelnya 1,7 apa enggak, kalau dibawah 1,7 itu penalti, tapi udah sampai nih ke pabrik, kan yang punya nikel ini gak mau dong bawa pulang lagi, ongkos lagi keluarin duit,” jelas Faisal Basri.

“Jadi itu barang afkiran tapi dipake juga sama mereka, jadi ini biadap udah, harus segera diungkap, dan setahu saya yang selalu membela pak Luhut, jadi tinggal dibuka, ini, deal-deal nya gimana,” sambungnya.

Baca Juga: Rocky Gerung Sebut Presiden Jokowi 'Ugal-ugalan' Layaknya Sopir Angkot yang Dipaksa Mengemudi Bus Antar Kota

Lebih lanjut, Faisal Basri meminta agar misi terkait smelter nikel ini bisa segera diungkap agar tak terus merugikan Indonesia.

Karena jika diteruskan, Faisal Basri menganggap bahwa Indonesia akan terus menjadi budak dan dimanfaatkan untuk mendongkrak industri di China.

“Ini keterlaluan udah, pak Jokowi pas pidato ngebela-bela juga, wah ekspor nikel , devisa kita naik, padahal devisanya naik kesana semua,”  kata Faisal Basri.

Baca Juga: Mardani Ali Sera Ngaku Tak Puas dengan Kinerja Jokowi, Singgung Revisi UU KPK dan Rendahnya Indeks Demokrasi

“Saya merasa negeri ini jadi budak dan digunakan untuk menopang industri di China, jadi jangan bicara tentang kedaulatan negeri kalau nikel ini tidak kita tuntaskan segera,” tandasnya.***

Editor: Yayang Hardita

Sumber: Youtube Hersubeno Point

Tags

Terkini

Terpopuler