Ipuk ingin ke depan ajang semacam ini tetap digelar bahkan dengan konsep yang lebih lengkap. Sekedar diketahui, festival film pendek Banywuangi diawali ada tahun 2019. Pada tahun 2020 sempat dijadwalkan masuk agenda Banywuangi Festival, namun karena pandemi covid 19, festival tersebut akhirnya ditiadakan.
“Ke depan, akan terus kami gelar. Kami yakin, dukungan pemda ini akan seiring dengan peningkatan kualitas film karya seniman film Banyuwangi. Dan pesan saya, angkat potensi Banyuwangi dalam karya-karya kalian semua," kata Ipuk.
Dalam kesempatan itu, Ipuk menonton bareng dengan para sutradara dan pemeran dalam film yang ditampilkan. Salah satunya film dengan judul Repetisi yang merupakan karya dari siswa-siswi SMAN I Glagah, Banyuwangi, yang tergabung dalam teater Melati.
Baca Juga: Penelitian Ungkap Heel Spur atau Taji Tumit Miliki Risiko Lebih Tinggi pada Obesitas dan Usia Lanjut
Berdurasi 20 menit, film yang disutradarai Akmal Rahman Hanif tersebut mampu menghibur para penonton yang ada di lokasi maupun yang menyaksikan melalui tayangan media sosial.
Film ini bercerita tentang Fiana, seorang bendahara kelas yang kehidupannya berjalan biasa-biasa saja. Namun suatu hari dia terjebak dalam lingkaran waktu dan mengulangi hari dan kejadian yang sama. Ia harus berusaha keluar dari lingkaran waktu itu dengan menghentikan penyebabnya, bagaimana pun caranya.
“Keren. Idenya bagus, pesan bagi kita semua. Menginspirasi kami semua untuk selalu amanah memegang tanggung jawab,” cetus Ipuk.
Ajang ini juga diapresiasi oleh insan perfilman Banyuwangi. Salah satunya Yasmara. Sutradara film Resiko Methikal ini mengaku senang dengan digelarnya apresiasi film pendek di kota kelahirannya ini.
"Festival ini menjadi wadah bagi kami pembuat film pemula untuk menampilkan karyanya. Kami jadi tertantang untuk menampilkan ide-ide cerita yang segar," kata Yasmara.***