Menurutnya TNI AL dalam menyiapkan kapal selam untuk beroperasi harus melakukan beberapa tahapan, baik perawatan, pemeliharaan kapal, maupun pelatihan bagi para personilnya.
"Begitu pun, untuk menjadi komandan kapal selam harus melalui jenjang karir yang cukup panjang. Ini menunjukkan bahwa pembinaan karier dilaksanakan selalu sesuai tahapan dan bertahap dan berlanjut," ungkap Ali.
Tidak hanya itu, Ali membantah kapal selam KRI Nanggala-402 yang tenggelam di perairan Bali kelebihan muatan karena mengangkut 53 personel.
Baca Juga: Kedai Arah Kopi Luncurkan Menu Khusus untuk Pengendara Vespa, dan Siap Manjakan Lidah Anda
"Kapal selam ini disebut kelebihan muatan oleh pengamat, sama sekali tidak benar dan tidak berdasar. Mungkin, pengamat itu belum pernah mengawaki kapal selam," ujar Ali menampik berita yang beredar terkait karamnya KRI Nanggala-402.
Dia menjelaskan, berbagai operasi yang dilakukan oleh TNI AL itu biasanya mengangkut 50 personel.
Bahkan, kalau penyusupan bisa mencapai 57 personel. Sedangkan saat kejadian tenggelamnya KRI Nanggala hanya mengangkut 53 personel.
Selain itu, saat kejadian, kapal selam buatan Jerman itu hanya membawa tiga torpedo, padahal kapal selam ini bisa membawa delapan torpedo.
"Jadi pernyataan bahwa kapal selam ini kelebihan muatan itu sama sekali tak berdasar. Dan mungkin belum berpengalaman. Ini kami sudah berlayar bertahun-tahun dan tidak pernah ada masalah," kata Ali.