Menurutnya, cara tersebut justru semakin mempertontonkan ketidakmampuan pihak Istana dalam memahami apa yang diinginkan oleh masyarakat.
"Buzzer kemudian diamplifikasi oleh akun-akun Istana yang seolah-olah nasionalis, lalu mulai nasihatin mahasiswa. Jadi kedunguan yang kemudian menular ke akun-akun dungu juga kan? Karena dibikin panik ya ditampilkan (kedunguan itu) habis-habisan," katanya.
Baca Juga: Rocky Gerung Sindir Presiden Jokowi yang Mempermalukan Menkes di Muka Umum: Ini Kepengecutan
Rocky Gerung menilai fenomena kepanikan yang terjadi di Istana merupakan cermin dari lemahnya sikap empati yang mereka miliki.
Dia mengatakan, Istana seringkali merasa curiga setiap kali mendengar isu yang dinilai dapat membahayakan kepentingan mereka.
"Inilah bukti bahwa kemampuan kita untuk berbelas kasih pada orang lain itu tidak terlatih lagi sehingga setiap kali ada kepanikan dianggap bahwa emak-emak ini ikut turun ke jalan padahal emak-emak lagi sibuk bikin Instagram untuk di-posting ke *** (nama media), ini urusan apa? Padahal emak-emak lagi masak pempek, dia nggak tahu bahwa ada aktivitas demo," ujar dia.
Rocky Gerung kembali menyinggung soal pernyataan Jusuf Kalla yang mengatakan bahwa buzzer Istana merupakan sumber dari segala sumber masalah yang ada di negeri ini.
Rocky Gerung kemudian menyarankan agar buzzer istana meniru sikap kader partai oposisi yang fokus membantu kalangan terdampak pandemi.
"Kalau itu bagus, karena memang Pak JK kemarin juga memberi semacam pernyataan keras bahwa masalah bangsa ini ada di buzzer. Buzzer dipelihara oleh siapa? Pasti dipelihara oleh kekuasaan karena masih mampu nyewa buzzer. Partai-partai lain (terutama oposisi) itu lagi sibuk membangun dapur-dapur dan sumbangan-sumbangan buat Covid segala macam," tuturnya.***