Said Didu Sebut Tes PCR Jadi Ladang Bisnis hingga Hasilkan Omzet Rp20 Triliun, Begini Penjelasannya

- 17 Agustus 2021, 12:38 WIB
Said Didu Sebut Tes PCR Jadi Ladang Bisnis hingga Hasilkan Omzet Rp20 Triliun, Begini Penjelasannya
Said Didu Sebut Tes PCR Jadi Ladang Bisnis hingga Hasilkan Omzet Rp20 Triliun, Begini Penjelasannya /Said Didu/Twitter.com/@msaid_didu

KABAR BESUKI - Pengamat ekonomi Said Didu menyebut tes PCR telah menjadi ladang bisnis hingga hasilkan omzet senilai Rp20 triliun.

Said Didu menyebut tes PCR sebagai ladang bisnis senilai Rp20 triliun karena adanya kewajiban dari pemerintah bagi masyarakat yang ingin melakukan aktivitas di area publik.

Perhitungan Said Didu terkait hal tersebut menggunakan acuan harga satu kali tes PCR di Jakarta yang dibanderol senilai Rp900 juta per orang.

"Saya mencoba menghitung, kira-kira kalau setahun ada orang yang melakukan PCR 20 juta orang. Kalau ada orang melakukan PCR dengan terpaksa karena aturan, kita ambil rata-rata kalau PCR yang normal itu Rp900.000 di Jakarta. Tapi kalau kita minta selesai 24 jam, maka itu Rp1,5 juta. Kita anggap rata-rata Rp1,2 juta untuk seluruh Indonesia. Kalau itu 20 juta (orang) maka itu bisnis Rp20 triliun," kata Said Didu sebagaimana dikutip Kabar Besuki dari kanal YouTube Said Didu pada Senin, 16 Agustus 2021.

Baca Juga: Said Didu Kritik Tajam Tes PCR Sebagai Syarat Aktivitas Kemasyarakatan: Memperkaya Pengusaha dan Oligarki

Said Didu menyoroti tes PCR yang telah menjadi kewajiban bagi masyarakat yang ingin melakukan aktivitas di area publik.

Akan tetapi, Said Didu menyayangkan tes PCR yang belum memiliki standar harga berdasarkan regulasi, meski Presiden Jokowi akhirnya meminta untuk menurunkan harga tes PCR secara nasional.

Ketika standar harga belum ditetapkan, harga tes PCR menjadi terasa sangat mahal sehingga masyarakat kesulitan untuk memperolehnya namun di sisi lain justru menjadi ladang bisnis yang sangat menggiurkan.

"Menarik bahwa melihat tentang PCR ini, bahwa pemerintah telah mewajibkan kepada masyarakat. Yang mau ke mall, yang mau ke tempat umum, bahkan mau ke masjid apalagi naik pesawat itu diwajibkan PCR. PCR ini kan tidak ada standar harganya dan tidak ada BUMN ikut jadi kita tidak tahu sama sekali harganya berapa sebenarnya sehingga terjadi bisnis yang sangat besar," ujarnya.

Halaman:

Editor: Rizqi Arie Harnoko

Sumber: YouTube MSD


Tags

Terkini

x