Taufiq Ismail Sebut PKI Hina Tuhan dan Najiskan Agama di Masa Lalu Melalui Seni Budaya, Begini Sebabnya

- 29 September 2021, 09:04 WIB
Taufiq Ismail Sebut PKI Hina Tuhan dan Najiskan Agama di Masa Lalu Melalui Seni Budaya, Begini Sebabnya
Taufiq Ismail Sebut PKI Hina Tuhan dan Najiskan Agama di Masa Lalu Melalui Seni Budaya, Begini Sebabnya /Tangkap Layar YouTube.com/Fadli Zon Official

KABAR BESUKI - Sastrawan senior Taufiq Ismail menyebut Partai Komunis Indonesia (PKI) menghina Tuhan dan menajiskan agama di masa lalu melalui seni budaya.

Taufiq Ismail mengatakan, pelecehan terhadap agam yang dilakukan oleh PKI dengan pendekatan seni budaya dilakukan melalui sebuah organisasi bernama LEKRA yang sudah ada bahkan sebelum Indonesia merdeka.

"Pada waktu itu, ada organisasi budaya yang bernama LEKRA, dan semuanya itu untuk mentes bagaimana mereka sudah gagal pada tahun 1928, gagal lagi pada tahun 1948, dan kemudian tidak ingin lagi gagal pada tahun 1965," kata Taufiq Ismail sebagaimana dikutip Kabar Besuki dari kanal YouTube Fadli Zon Official pada Selasa, 28 September 2021.

Baca Juga: Persaingan Makin Memanas, Tokopedia atau Shopee Juara Marketplace di Indonesia? 

Taufiq Ismail mengaku bersyukur ketika generasi muda yang tumbuh saat ini tak mengetahui adanya pementasan seni budaya yang mengerikan seperti yang dilakukan LEKRA di masa lalu.

Ketika itu, LEKRA kerap menggelar pementasan ludruk dengan judul atau tema yang diduga kuat menghina Tuhan dan menajiskan agama, bahkan menggunakan judul yang provokatif seolah Tuhan telah mati.

"Untungnya generasi kita sekarang pada belum tahu, dulu ada satu rangkaian pementasan-pementasan yang dilakukan. Ada pertunjukan ludruk, judulnya tidak tanggung-tanggung 'Matine Gusti Allah'," ujarnya.

Baca Juga: Indonesia Takut Islam Radikal Padahal PKI Jauh Lebih Ngeri dan Keji, Rocky Gerung: Umat Islam Dipojokkan

Taufiq Ismail mengatakan, pementasan ludruk tersebut umumnya berlangsung selama satu setengah hingga dua jam.

Bahkan kata dia, pembawa acara pementasan ludruk tersebut juga menyampaikan kata penutup (closing statement) yang provokatif karena menyatakan bahwa Tuhan telah mati dan tidak ada lagi di hari esok, sehingga dia menyebut pernyataan tersebut sangat biadab.

"Dipentaskan satu setengah dua jam, dan kemudian ketika sudah selesai pembawa acara itu menyampaikan kata penutup 'Bengi iki Gusti Allah wis mati, sesuk wis ora ana' (Malam ini Allah sudah mati, besok tidak ada lagi Allah). Demikian beraninya, bukan saja kurang ajar, biadabnya ucapan mereka itu," katanya.

Baca Juga: Rocky Gerung Soroti Umat Islam yang Kerap Dipojokkan dengan Isu Radikalisme Namun PKI Terkesan Dibiarkan

Taufiq Ismail juga menyebutkan, LEKRA kerap menggunakan judul-judul provokatif setiap menggelar pementasan ludruk.

Semua judul tersebut memiliki sifat dan tujuan yang sama, yakni menghina Tuhan dan menajiskan agama.

"Kemudian bukan saja judul 'Matine Gusti Allah', ada lagi judul-judul yang lain. 'Gusti Allah Dadi Manten' (Allah Jadi Pengantin), kemudian 'Rabine Gusti Allah' (Perkawinan Allah), kemudian 'Gusti Allah Mantu' (Allah Bermenantu), 'Rabine Malaikat' (Malaikat Menikah), kemudian 'Gusti Allah Bingung'," ujar dia.

Baca Juga: Diorama Penumpasan G30S PKI Hilang dari Museum Kostrad, Gatot Nurmantyo: Ada Penyusupan Paham Komunis di TNI

Taufiq Ismail menyebut, PKI bersama LEKRA melakukan hal tersebut sebagai pendekatan kepada masyarakat agar tujuan merebut kekuasaan lebih mudah untuk terwujud.

Bahkan menurutnya, pendekatan seni budaya dinilai lebih ampuh dibandingkan sekedar pendekatan politis murni semata.

"Kenapa mereka melakukan ini? Mereka menyiapkan situasi untuk merebut kekuasaan. Pergantian kekuasaan bukan begitu saja terjadinya secara politis, tetapi di bidang seni budaya, ini yang mereka lakukan," tuturnya.***

Editor: Rizqi Arie Harnoko

Sumber: YouTube Fadli Zon Official


Tags

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x