Dia menilai ketika sejumlah tokoh Partai Masyumi dipenjara pada masa Orde Lama, sesungguhnya tak ada gerakan politik apapun dari tokoh-tokoh tersebut.
"Kalau itu dilakukan oleh sebuah rezim, biasanya itu adalah tanda-tanda keletihan dari rezim yang bersangkutan, karena ketika itu sebenarnya tidak ada gerakan apapun dari Partai Masyumi," katanya.
Ridwan Saidi juga menilai hal serupa terjadi pada masa rezim Jokowi yang dinilai kerap melakukan kriminalisasi terhadap ulama, khususnya HRS.
Dia menyebut, vonis empat tahun penjara terhadap HRS selama empat tahun telah menyebarkan sekaligus meningkatkan rasa ketidakpuasan dan kekecewaan masyarakat terhadap rezim Jokowi.
"Itu tanda-tanda rezim letih yang dia tidak ada ide lagi bagaimana mengatasi oposisi. Vonis ini menyebarkan rasa ketidakpuasan dan kekecewaan yang sangat tinggi kepada rezim," ujar dia.
Baca Juga: Massa Pendukung HRS Ditembaki Polisi Menggunakan Gas Air Mata, Berlarian ke Arah Cempaka Putih
Ridwan Saidi menilai rezim Jokowi seolah-olah menganggap HRS sebagai sosok yang begitu menakutkan.
Pasalnya, HRS kerap melontarkan kritik yang begitu tajam kepada pemerintah dalam berbagai kesempatan, karena banyak kebijakan pemerintah yang dinilai tidak berpihak kepada rakyat kecil.
"Jadi HRS itu sepertinya yang sangat menakutkan rezim ini, seolah-olah seperti itu," tuturnya.***