Meski demikian, Ray Rangkuti tetap tegas dengan sikapnya yakni konsisten dengan kesepakatan yang telah dijanjikan.
Bahkan dia tak akan segan-segan melontarkan kritik ketika kebijakan Jokowi tak konsisten dengan komitmennya.
"Untuk apa Anda menyesal karena sudah terlalu, itulah fungsi yang kita sebut sebagai pemilih. Kalau Anda berjalan dengan alur yang kita sepakati bersama, ya Anda saya dukung. Tapi kalau tidak melakukan tindakan sesuai dengan apa yang diikat secara komitmen, ya akan saya kritik," katanya.
Ray Rangkuti membongkar alasan masyarakat Indonesia yang tampak terjebak dalam polarisasi dua kubu sejak Jokowi berkuasa.
Dia menyebut, beberapa relawan Jokowi mengikat kontrak mati sehingga dia akan mendukung mati-matian segala kebijakan Jokowi meski dinilai merugikan masyarakat umum.
"Kita ini kan sering terbelah. Kenapa terbelah? Karena dia mengikat kontrak mati, jadi nggak bisa pindah betapapun dia menjengkelkan, pilihannya pun tetap dia. Itu yang menurut saya nggak boleh lagi diajarkan kepada pemilih," ujar dia.
Ray Rangkuti menegaskan kembali bahwa kontrak relawan dengan pemimpin adalah kontrak janji dan visi, dan sikap itulah yang seharusnya ditanamkan oleh pemilih rasional.
"Kontrak dengan pemimpin itu kontrak janji, kontrak visi. Jadi kalau pemimpinnya itu nggak menjalankan visi misi, ya Anda kritk dia. Itulah sebetulnya sikap pemilih yang rasional," tuturnya.***