Sebab kata dia, banyak orang penasaran dengan tanggapan istri Luhut, Devi yang menyatakan bahwa sang suami telah menenangkan psikologisnya di tengah isu tak sedap yang beredat saat ini.
"Jadi Pak Luhut sebetulnya mau memproduksi karya jurnalistik secara tidak by design, tapi impact-nya begitu tuh. Karena orang melihat tanggapan dari istri Pak Luhut, Ibu Devi di dalam Facebook atau di mana itu yang mengatakan bahwa 'Oke, Pak Luhut menenangkan kami'," katanya.
Rocky Gerung berpendapat, isu dugaan bisnis PCR yang menyeret nama Luhut telah berubah secara evolusioner sejak beredarnya surat Luhut untuk sang istri, dari yang semula merupakan isu publik menjadi isu kerohanian keluarga.
Beredarnya surat tersebut membuat banyak orang kemudian bersimpati pada istri Luhut karena sang suami telah berusaha menenangkan hatinya di tengah beredarnya isu tak sedap akhir-akhir ini.
"Jadi satu isu yang tadinya adalah sorotan publik akhirnya pindah secara evolusioner pindah pada masalah kerohanian sebuah keluarga yang terusik. Karena itu kemudian orang ada yang bersimpati dan menganggap 'Oke, Ibu Devi merasa tenang karena suaminya menenangkan dia melalui surat itu', yang kemudian di-publish dan beredar di Facebook dalam bentuk komentar dari Ibu Devi," ujar dia.
Atas dasar itu semua, Rocky Gerung menilai batasan antara isu publik dan isu privat dari dugaan skandal bisnis PCR yang menyeret nama Luhut seolah tak terlihat lagi.
Mengacu pada teori filsafat yang dipelajarinya yakni new philosophy of journalism, Rocky Gerung menilai apa yang dilakukan Luhut telah menjadi headline di media massa.
"Jadi kita nggak bisa lihat lagi sebetulnya mana urusan publik dan mana urusan privat. Saya belajar filsafat 'new philosophy of journalism', bahwa yang dipikirkan itu sekarang sudah jadi berita," tuturnya.***