Gelombang Panas Mematikan Melanda Kawasan Asia Selatan Terutama India dan Pakistan, Bisa Menelan Korban Jiwa

- 27 Maret 2021, 06:19 WIB
Foto: Ilustrasi perubahan iklim
Foto: Ilustrasi perubahan iklim /Rianti S// pixabay.com/marcinjozwiak

KABAR BESUKI - Ilmuwan memperingatkan jika gelombang panas di Asia Selatan mungkin akan sering terjadi di masa depan.

Kawasan Asia Selatan belakangan ini mengalami paparan tekanan panas yang mematikan, berpotensi hampir tiga kali lipat jika pemanasan global tidak segera diatasi, seperti dilansir Kabar Besuki dari Reuters.

Para peneliti mengungkapkan dalam sebuah penelitian yang diterbitkan oleh American Geophysical Union bahwa ancaman tersebut sebenarnya masih bisa dikurangi.

Baca Juga: Sering Mengalami Perut Kembung? Simak 5 Tips Berikut Agar Dapat Mengatasi Bloating dengan Tepat

Baca Juga: Merampok Isi Rumah Polisi, Seorang Pencuri di Thailand Tertidur Saat Sedang Menjalankan Aksi Pencurian

Dalam laporannya, mereka menyebut jika ancaman dapat dikurangi apabila dunia sanggup memenuhi perjanjian Perjanjian Paris untuk membatasi pemanasan hingga 1.5 derajat Celcius.

Moetasim Ashfaq yang merupakan ilmuwan iklim di Laboratorium Nasional Oak Ridge, AS, mengatakan  jika pemanasan global yang terburuk di masa depan masih bisa dihindari.

"Masa depan tampak buruk bagi Asia Selatan, tetapi yang terburuk dapat dihindari dengan menahan pemanasan global serendah mungkin," kata Ashfaq.

Namun saat ini pemanasan global telah mencapai kenaikan hingga 1 derajat celcius, sehingga Asia Selatan perlu beradaptasi mulai saat ini, dan itu bukan pilihan, seperti kata Ashfaq.

Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim mengatakan emisi pemanasan iklim global harus turun sekitar 45% pada tahun 2030.

Perjanjian Paris pun memfokuskan setiap negara yang terlibat untuk mengurangi emisi karbon negaranya, agar suhu bumi dapat menurun hingga 2 derajat.

Namun, menurut laporan PBB pada Februari 2021 lalu, rencana pengurangan emisi yang disepakati oleh sekitar 75 negara ini, masih belum mengurangi pemotongan besar-besaran seperti yang dijanjikan dalam Perjanjian Paris.

Baca Juga: Viral Salt Challenge di TikTok, Ini 5 Efek Samping Jika Terlalu Banyak Mengonsumsi Garam, Terutama Hipertensi

Baca Juga: Munculnya Varian Jenis Baru Virus Corona yang Ditemukan di Cina, Lebih Berbahaya atau Tidak?

Ilmuwan memprediksi akan adanya 'suhu bola lampu basah' yang menunjukkan apa yang akan dialami oleh orang di hari yang panas.

Pakar kesehatan mengatakan bahwa suhu bola lampu panas itu akan berdampak buruk untuk para tenaga kerja buruh terutama yang bekerja di luar teriknya matahari.

Pakar mengatakan jika suhu sebuah wilayah mencapai 32 derajat celcius maka para tenaga kerja akan tidak aman, dan pada suhu 35 derajat celcius tubuh manusia tidak bisa mendinginkan dirinya kembali.

Jika pemanasan global mencapai 2 derajat celcius, maka akan ada banyak orang Asia Selatan yang akan terpapar suhu panas yang tidak aman hingga dua kali lipat.

Jika hal itu terjadi, maka tiga kali lipat lebih banyak masyarakat akan menghadapi panas yang mematikan.

Pekerja di kota-kota yang mengalami gelombang panas yang parah seperti Karachi, Kolkata, Mumbai, dan Peshawar juga sangat terpengaruh dengan pemanasan global.

Hal itu semakin diperburuk karena sebagian warganya tidak memiliki akses untuk menggunakan pendingin udara atau AC.

Baca Juga: Viral Salt Challenge di TikTok, Ini 5 Efek Samping Jika Terlalu Banyak Mengonsumsi Garam, Terutama Hipertensi

Baca Juga: Munculnya Varian Jenis Baru Virus Corona yang Ditemukan di Cina, Lebih Berbahaya atau Tidak?

Pakistan dan India adalah negara yang mengalami gelombang panas terparah. Di tahun 2015 lalu, setidaknya ada 3.500 orang yang meninggal dunia akibat gelombang panas yang mematikan.***

Editor: Yayang Hardita

Sumber: REUTERS


Tags

Terkini

x