Hari Pendidikan Nasional: Sejarah, Makna Dibalik Perayaannya Serta Sosok Dibelakang Itu Semua

- 2 Mei 2021, 12:01 WIB
Logo Hardiknas 2021
Logo Hardiknas 2021 /kemdikbud.go.id/

Ki Hajar Dewantara lulus pendidikan dasar di ELS, yakni Sekolah Dasar Eropa/Belanda. Beliau sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tetapi tidak tamat karena sakit.

Ki Hajar Dewantara merupakan aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, politisi, kolumnis, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda.

Ia juga bekerja sebagai penulis dan wartawan di beberapa surat kabar, misalnya Midden Java, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan De Expres. Ki Hajar Dewantara dikenal sebagai penulis handal pada masanya dan tulisannya dikenal tajam dan komunikatif dengan semangat antikolonial.

Baca Juga: [Breaking News] Diperkirakan Dapat Merusak Satelit, Hari Ini Akan Terjadi Badai Matahari yang Menghantam Bumi

Ia juga aktif dalam organisasi sosial politik selain sebagai seorang wartawan muda serta aktif dalam organisasi sosial dan politik, yakni Boedi Oetomo.

Ki Hadjar Dewantara juga ikut dalam organisasi Insulinde. Organisasi tersebut merupakan organisasi multietnik yang didominasi kaum Indo yang memperjuangkan pemerintahan sendiri di Hindia Belanda, atas pengaruh Ernest Douwes Dekker.

Lalu, saat Douwes Dekker mendirikan Indische Partij, Soewardi diajak juga dan seperti yang telah disinggung sebelumnya, bahwa Ki Hadjar Dewantara pernah menulis tulisan berjudul Als Ik Een Nederlander Was. Tulisan tersebut dimuat dalam surat kabar De Expres pimpinan DD, 13 Juli 1913. Artikel tersebut sangat pedas sekali di kalangan pejabat Hindia Belanda.

Tulisan tersebut menyinggung pemerintah Belanda yang menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah dirampas sendiri kemerdekaannya. Pesta-pesta tersebut bahkan dibiayai oleh bangsa yang telah dirampas kemerdekaannya.

Baca Juga: Awas, 5 Zodiak Ini Punya Insting yang Tajam Sampai Bisa Baca Pikiran Orang Lho, Cek Sekarang!

Dari tulisan tersebut menyebabkan Ki Hajar Dewantara diasingkan ke Pulau Bangka atas permintaannya sendiri. Kedua rekannya, Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo, memprotes dan mereka bertiga diasingkan ke Belanda pada 1913.

Halaman:

Editor: Ayu Nida LF


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x