Kronologi Pembunuhan Gubernur Jatim Pertama Soerjo oleh FDR-PKI pada Tahun 1948 Silam

- 23 September 2021, 09:43 WIB
Kronologi Pembunuhan Gubernur Jatim Pertama Soerjo oleh FDR-PKI pada Tahun 1948 Silam
Kronologi Pembunuhan Gubernur Jatim Pertama Soerjo oleh FDR-PKI pada Tahun 1948 Silam /Instagram.com/@yunuswandap

KABAR BESUKI - Bermula pada September 1948, FDR pimpinan Amir Syarifuddin maupun PKI pimpinan Musso menjalankan aksi untuk melawan pemerintahan Soekarno-Hatta dengan berbagai propaganda hingga wacana pendirian Negara Republik Indonesia Soviet.

Awalnya, mereka fokus pada gerakan di Kota Solo dan Madiun. Seiring berjalannya waktu, TNI sukses memukul mundur gabungan pasukan FDR-PKI hingga ke wilayah pelosok Jawa.

FDR kemudian bersama PKI melakukan aksi pembunuhan terhadap sejumlah tokoh ulama, santri, hingga beberapa orang yang dianggap menganut feodalisme.

Gubernur Jatim pertama Soerjo, yang saat itu menjadi salah satu pejabat tinggi di Yogyakarta turut menjadi korban pembunuhan FDR-PKI sebagaimana dilansir Kabar Besuki dari kanal YouTube Matahatipemuda dalam video yang diunggah pada Kamis, 16 September 2021.

Baca Juga: Lebih Kenal Pahlawan Revolusi Pierre Tendean, Sosok Ajudan Korban Peristiwa G30S/PKI

Berikut kronologi singkat peristiwa pembunuhan Gubernur Jatim pertama Soerjo oleh FDR-PKI yang terjadi pada tahun 1948 silam.

Pada 10 November 1948 usai mengikuti upacara Peringatan Hari Pahlawan Nasional, Soerjo langsung bergegas ke Madiun dikawal oleh seorang ajudan bernama Mayor Soehardi dan seorang sopir bernama Letnan Soenarto.

Mohammad Hatta yang saat itu menjabat sebagai Wakil Presiden RI sempat menyarankan agar Soerjo menunda kepulangan karena Madiun dalam keadaan bahaya dan rentan menjadi buruan pasukan FDR-PKI, akan tetapi Soerjo bersikeras untuk tetap pulang ke Madiun.

Ketika tiba di Solo, Soerjo dan pendampingnya memutuskan untuk menginap di rumah Residen Solo, Soediro.

Baca Juga: Mendikbud Dicurigai Ingin Hapus Sejarah PKI dari Kurikulum, Salim Said: Supaya Dosa-dosa Masa Lalu Dihapus

Keesokan harinya, Soerjo dan pendampingnya memutuskan untuk melanjutkan perjalanan menuju Madiun sejak pagi dan mulanya perjalanan mereka berjalan lancar.

Ketika mereka melanjutkan perjalanan usai beristirahat sejenak di sebuah kawasan hutan jati di Bogo, Kedungalor, Ngawi pada siang menjelang sore hari, Soerjo dan pendampingnya menemukan adanya pergerakan pasukan tak dikenal dari arah Lawu menuju utara menyeberangi jalan poros yang mereka lalui.

Warga Desa Plang Lor pada saat itu merasa heran melihat rombongan pasukan tersebut. Tanpa sepengetahuan Soerjo dan rombongannya, kawasan hutan jati di Bogo, Kedungalor, Ngawi merupakan tempat istirahat 3.000 orang pasukan pro-PKI di bawah kepemimpinan Maladi Yusuf yang melarikan diri dari kejaran TNI menuju Gunung Lawu.

Pasukan FDR-PKI melihat mobil yang ditumpangi Soerjo dan ajudannya kemudian mengepung dan menghentikan mobil tersebut. Dari mobil tersebut, Soerjo dan ajudannya keluar dan langsung dikepung serta dianiaya dengan sadis. Para pengepung kala itu menduga, orang yang turun dari mobil tersebut adalah pembesar yang baru saja pulang dari Yogyakarta.

Selain Soerjo dan rombongannya, dua anggota Polri saat itu yakni Kombes M Doerjat dan Komisaris Soeroko yang mobilnya juga melewati kawasan tersebut pada saat bersamaan juga bernasib sama.

Baca Juga: Ustadz Marwan Ditemukan Meninggal Usai Ditembak Pria Misterius, Fadli Zon: Mengingatkan Kita Jelang G30S PKI

Soerjo dan tawanan lainnya kemudian diinapkan di Kantor Kehutanan Sundi. Keesokan harinya (12 November 1948), pasukan Maladi Yusuf membawa mereka ke tepi Kali Kakah di Dusun Ngandu.

Amir Syarifuddin kemudian berbincang-bincang dengan para tawanan ketika tiba di lokasi kejadian. Saat interogasi berlangsung, Amir Syarifuddin kemudian memerintahkan agar tawanan tersebut dibunuh di sebuah hutan yang jauh dari lokasi interogasi.

Tawanan tersebut kemudian diarak beramai-ramai ke hutan tersebut dan disoraki serta dicaci maki. Pasukan Maladi Yusuf kemudian langsung membunuh satu per satu tawanan tersebut atas perintah Amir Syarifuddin dengan sadis.

Pasca insiden pembunuhan Soerjo dan tawanan lainnya oleh FDR-PKI, dibangunlah sebuah monumen di lokasi kejadian perkara untuk mengenang Soerjo pada tanggal 14 Juli 1973.

Dalam monumen tersebut, nama Maladi Yusuf disebut sebagai salah satu tokoh utama di balik pembunuhan Soerjo dan rombongannya. Meski demikian, Maladi Yusuf tidak dihabisi oleh pemerintah yang membekuknya.***

 

Editor: Rizqi Arie Harnoko

Sumber: YouTube Matahatipemuda


Tags

Terkait

Terkini

x