KABAR BESUKI - Tenaga Ahli Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin dibuat murka oleh pernyataan dari ekonom senior Faisal Basri.
Ngabalin murka saat mengetahui pernyataan Faisal Basri yang mendesak Jokowi untuk menyingkirkan beberapa tokoh politik jika tak ingin Indonesia bangkrut.
Salah satu tokoh politik yang disarankan Faisal Basri yakni Ngabain. Menurut Faisal Basri, jika tidak ada langkah strategis dari pemerintah, maka ancaman kebangkrutan ekonomi Indonesia benar-benar terjadi.
Faisal Basri juga mengusulkan salah satu cara kepada Presiden Jokowi agar Indonesia tidak terancam kebangkrutan yakni dengan menyingkirkan orang-orang di sekelilingnya, seperti Moeldoko, Ngabalin, hingga Luhut Binsar Pandjaitan.
Baca Juga: Penggali Kubur Makam Tuti dan Amel Trauma, Ungkap 3 Hari Tidak Makan Setelah Kejadian
Menanggapi pernyataan tersebut, Ngabalin menyebut bahwa gagasan yang disampaikan oleh Faisal Basri hanya berisi dendam dan narasi kebencian.
Ngabalin bahkan menyebut bahwa Faisal Basri adalah sosok ekonom berotak sungsang yang minim gagasan.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Ngabalin melalui cuitan terbarunya di Twitter pada 16 Oktober 2021.
“Ekonom berotak sungsang & minim gagasan. Hanya punya narasi kebencian,” ujar Ngabalin seperti dikutip dalam cuitannya di Twitter.
Baca Juga: Rocky Gerung Sebut Presiden Jokowi Dapat Bisikan 'Dukun' untuk Teruskan Proyek Kereta Cepat
Lebih lanjut, Ngabalin meminta agar Faisal Basri berhenti untuk menyampaikan narasi-narasi yang bertujuan untuk menghancurkan orang lain.
Karena menurut Ngabalin, tidak ada yang bisa menghancurkan seseorang kecuali pola pikirnya sendiri.
“Bung, anda tahukah? Tidak ada yang bisa menghancurkan besi kecuali karatnya, tidak ada yang dapat menghancurkan seseorang kecuali pola pikirnya, maka berhentilah nanti makin gosong kepalamu,” ujar Ngabalin.
Baca Juga: Diet Ampuh Turunkan Berat Badan 10 Kg Hanya dalam Seminggu, Dijamin Gak Bikin Lapar
Tak hanya itu saja, dalam citannya itu, Ngabalin bahkan menyebut Faisal Basri memiliki otak yang dongkol.
“Dongkol kali kau rupanya sal,” ketusnya.***