Bupati Banyuwangi Serukan Perempuan Indonesia Harus Lawan Ekstrimisme Kekerasan dalam Forum Solidaritas

- 4 April 2021, 09:25 WIB
Foto: Ipuk Fiestiandani (kiri) suarakan perempuan harus lawan terorisme./
Foto: Ipuk Fiestiandani (kiri) suarakan perempuan harus lawan terorisme./ /Dicky S/Instagram/@ipukfdani

KABAR BESUKI - Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani menyampaikan pentingnya pelibatan kaum perempuan dalam pencegahan penyebaran paham ekstremisme di tengah masyarakat. Hal ini menyusul semakin banyaknya kaum perempuan yang terlibat di garda depan aksi ekstremisme.

Ipuk menyampaikan hal tersebut dalam forum “open mic” bertema “Solidaritas Makassar: Suara Perempuan Indonesia Melawan Ekstremisme Kekerasan” yang digelar secara virtual, Sabtu, 3 April 2021.

Acara yang diinisiasi NGO Aman Indonesia dan didukung berbagai NGO lainnya itu juga diisi oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, I Gusti Ayu Bintang Darmawati; Country Representative The Asian Muslim Action Network (AMAN) Indonesia Ruby Kholifah, dan sejumlah aktivis serta tokoh perempuan se-Indonesia.

Baca Juga: Pemkab Banyuwangi Gelar Program Belanja Pasar Rakyat dan UMKM demi Pulihkan Ekonomi Lokal

Baca Juga: Dampak Buruk dari Dehidrasi Bisa Sebabkan Kematian, Ternyata Tubuh Mampu Bertahan Tanpa Air Selama Ini

“Kita melihat beberapa fenomena penting yang membuat kita harus benar-benar menuangkan perhatian terkait posisi perempuan dalam ekstremisme, dalam terorisme,” ujar Ipuk.

Bupati Ipuk menyebut ada tren pelibatan perempuan dalam ekstremisme semakin besar. Jika dulu kaum perempuan hanya bertindak pasif dalam tindakan ekstremisme, atau hanya bersifat dukungan kepada suami dalam menjalankan tindakan-tindakan ekstrem kekerasan.

Tapi, kata Ipuk, sejak beberapa tahun terakhir ada pergeseran. Kaum ibu menjadi penggalang dana, merekrut kader baru, dan bahkan sudah menjadi pelaku secara langsung. “Perempuan mengambil peran di garda depan tindakan terorisme. Kita takut itu dipahami sebagai bentuk kesetaraan gender, bahwa perempuan juga bisa diandalkan dalam terorisme. Padahal itu bukan bentuk kesetaraan gender,” papar Ipuk.

Sejumlah kasus terorisme di Indonesia mengindikasikan hal itu. Mulai bom gereja di Surabaya (2018), bom di Sibolga (2019), bom di Makassar 28 Maret 2021, dan penyerangan area Mabes Polri semuanya melibatkan kaum perempuan di garda terdepan.

Halaman:

Editor: Yayang Hardita

Sumber: Banyuwangikab.go.id


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x