Baca Juga: Mengharukan, F-PKS DPR Berinisiatif Potong Gaji Anggota untuk Membantu Korban Bencana Alam di NTT
“Kami berharap para pelaku usaha tambak udang bertahap menerapkan pengelolaan tambak yang ramah lingkungan," kata Ipuk.
Nah, melalui simposium kemarin diharapkan ada kajian-kajian baru berkaitan dengan tambak udang di Banyuwangi. “Kami berharap ada solusi terbaik untuk pengembangan bidang perikanan, khususnya tambak udang, di Banyuwangi,” harap Ipuk.
Sementara itu, Dekan Fakultas Pertanian dan Perikanan Untag Banyuwangi Ervina Wahyu Setyaningrum mengatakan, simposium tersebut merupakan salah satu bukti sumbangsih kalangan akademisi dalam usaha peningkatan ekonomi rakyat Banyuwangi.
Ervina mengaku ada 50 lebih artikel terkait manajemen pengelolaan di kawasan pesisir yang dikumpulkan tim dalam kurun sekitar dua bulan. Artikel tersebut lalu dikaji bareng, dan mucullah Policy Brief yang diserahkan kepada Bupati Ipuk.
Ervina menambahkan, ada beberapa rekomendasi yang dihasilkan dalam hal penguatan ekonomi pesisir, terutama di bidang budidaya udang. Rekomendasi tersebut antara lain, Jatim merupakan penghasil udang tertinggi di Indonesia dan Banyuwangi menjadi produsen udang terbesar di Jatim.
Baca Juga: Terapi Bermain Pasir dapat Membantu Mengurangi Trauma Psikologis Bagi Anak-Anak Hingga Dewasa
“Budi daya udang mempunyai multiplier effect, yaitu banyak tenaga kerja yang ada di industri udang, mulai pekerja tambak, supplier, cold storage, hatchery, pabrik pakan, dan lain-lain,” ujarnya.
Lebih lanjut kata Ervina, budi daya udang di Banyuwangi tidak hanya terdiri dari tambak intensif dan super intensif, tetapi juga banyak petani tambak kecil yang butuh pendampingan serta support terhadap banyak hal, mulai pendampingan teknis maupun permodalan. Namun demikian, imbuh Ervina, pengelolaan yang keberlanjutan harus menjadi prioritas.