KABAR BESUKI – Markas Besar TNI Angkatan Laut mengajak pakar kapal selam dan ahli pembuat kapal selam untuk melakukan investigasi terkait tenggelamnya kapal selam KRI Nanggala-402 di perairan Bali.
"Kami akan investigasi semuanya. Kami akan menghadirkan para pakar, bukan para pengamat. Para pakar kapal selam dan para pakar ahli pembuat kapal selam," kata Asisten Perencanaan dan Anggaran (Asrena) Kasal Laksamana Muda TNI Muhammad Ali, yang dikutip dari Antara, Selasa, 27 April 2021.
Menurut Ali, para pakar yang diajak untuk membantu melakukan investigasi tenggelamnya kapal selam buatan Jerman itu adalah orang yang menguasai kapal selam.
Baca Juga: Menu Hidangan Khas Al-Andalus, Adalah Salah Satu Bentuk Pengingat Sejarah Islam di Spanyol
Menurut Ali, KRI Nanggala-402 masih layak untuk digunakan karena telah melakukan overhaul mesin pada 2011 di Korsel dan selesai 2012, dan kemudian melaksanakan perbaikan dan pemeliharaan.
Dilibatkannya Korsel dalam overhaul mesin KRI Nanggala, menurut Ali, lantaran Korsel telah mengantongi "export license" dari Jerman, sebagai negara pembuat kapal selam
Menurut dia, batas waktu kelayakan operasional KRI Nanggala-402 baru berakhir pada September 2022.
"Jadi dari kelayakan kapal ini dinyatakan layak sampai dengan September 2022. Masih layak," ujar Ali yang juga pernah mengawaki KRI Nanggala-402 itu.
Menurutnya TNI AL dalam menyiapkan kapal selam untuk beroperasi harus melakukan beberapa tahapan, baik perawatan, pemeliharaan kapal, maupun pelatihan bagi para personilnya.
"Begitu pun, untuk menjadi komandan kapal selam harus melalui jenjang karir yang cukup panjang. Ini menunjukkan bahwa pembinaan karier dilaksanakan selalu sesuai tahapan dan bertahap dan berlanjut," ungkap Ali.
Tidak hanya itu, Ali membantah kapal selam KRI Nanggala-402 yang tenggelam di perairan Bali kelebihan muatan karena mengangkut 53 personel.
Baca Juga: Kedai Arah Kopi Luncurkan Menu Khusus untuk Pengendara Vespa, dan Siap Manjakan Lidah Anda
"Kapal selam ini disebut kelebihan muatan oleh pengamat, sama sekali tidak benar dan tidak berdasar. Mungkin, pengamat itu belum pernah mengawaki kapal selam," ujar Ali menampik berita yang beredar terkait karamnya KRI Nanggala-402.
Dia menjelaskan, berbagai operasi yang dilakukan oleh TNI AL itu biasanya mengangkut 50 personel.
Bahkan, kalau penyusupan bisa mencapai 57 personel. Sedangkan saat kejadian tenggelamnya KRI Nanggala hanya mengangkut 53 personel.
Selain itu, saat kejadian, kapal selam buatan Jerman itu hanya membawa tiga torpedo, padahal kapal selam ini bisa membawa delapan torpedo.
"Jadi pernyataan bahwa kapal selam ini kelebihan muatan itu sama sekali tak berdasar. Dan mungkin belum berpengalaman. Ini kami sudah berlayar bertahun-tahun dan tidak pernah ada masalah," kata Ali.
Terkait adanya pernyataan bahwa KRI Nanggala-402 hanya bisa mengangkut 33 personel, menurut Ali, angka 33 itu adalah jumlah tempat tidur KRI Nanggala-402.
Baca Juga: Akibat Videonya yang Viral, Kini Lumba-lumba yang Ditumpangi Lucinta Luna Dievakuasi BKSDA
"Dibuat dari Jerman memang 33 tempat tidur. Sedangkan jenis kapal selam 209 ada berbagai jenis," ujarnya pula.
Seperti yang diketahui, Kapal selam buatan Jerman pada 1977 itu hilang kontak di perairan utara Bali, Rabu, 21 April 2021.
Tim SAR gabungan kemudian melakukan pencarian besar-besaran, termasuk dengan mendatangkan bantuan dari luar negeri, seperti Amerika Serikat, Australia, dan Singapura.
Baca Juga: Dugaan Pelanggaran Etik Stepanus Akan Segeran Dilakukan oleh Dewas KPK
Kemudian pada Minggu, 25 April 2021, KRI Nanggala-402 dinyatakan berstatus subsunk (tenggelam) di kedalaman 838 meter, dan 53 awak KRI Nanggala dinyatakan gugur.***