Banyuwangi Pacu Pembelajaran Kesetaraan Gender Lewat Workshop Pembelajaran Responsif Gender

- 17 Mei 2021, 18:57 WIB
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani./Instagram/@ipukfdani
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani./Instagram/@ipukfdani /

Ipuk menambahkan, paradigma bias gender sebagian besar merugikan kaum perempuan. Kekerasan hingga kemiskinan yang dialami perempuan selalu lebih buruk. 

”Banyak riset bilang, rumah tangga yang dikepalai perempuan memiliki kondisi hidup lebih buruk dibanding yang dikepalai laki-laki. Ini bukan soal kesalahan perempuan, tapi ini hasil dari konstruksi bias gender dalam keseharian yang kemudian membuat perempuan memiliki akses lebih terbatas kepada pendidikan, kesehatan, dan fasilitas publik, ujung-ujungnya ini berakibat ke kemiskinan,” ujarnya.

Baca Juga: Turki dan Iran Bersatu Turun Tangan Ambil Tindakan Mengatasi Konflik Panas Antara Palestina dan Israel!

Sementara itu, pegiat pendidikan yang mengisi workshop pembelajaran responsif gender, Dr Nur Wiarsih, mengatakan, pembelajaran responsif gender bertujuan membangun pola relasi sosial yang lebih baik di antara semua pelajar, baik laki-laki maupun perempuan. Termasuk untuk menghindari kekerasan terhadap pelajar perempuan, baik secara fisik maupun verbal. 

Beberapa hal yang dapat dilakukan oleh sekolah antara lain dari sisi kebijakan dengan membuat pemetaan kelompok pelajar rentan dari faktor ekonomi dan sosial lalu memberikan dukungan, perlindungan, advokasi terhadap warga sekolah agar tidak terjadi kekerasan. ”Dan apabila sudah terjadi dapat mencarikan jalan keluar, memastikan layanan pendidikan diperoleh semua anak, termasuk korban,” ujar doktor ilmu pendidikan dari Universitas Negeri Yogyakarta itu.

Baca Juga: Israel Gempur Rumah Pimpinan Hamas Tewaskan 4 Orang Hingga Melukai Istri dan Putrinya

Dari sisi lingkungan sekolah, baik fisik maupun psikis, harus menjamin pengembangan potensi bagi pelajar laki-laki dan perempuan. ”Misal memperhatikan jumlah kamar mandi bagi anak perempuan dan laki-laki, persentasenya diatur karena kebutuhan penggunaan yang berbeda, menghindari perundungan,” jelas anggota Dewan Pendidikan Banyuwangi tersebut.

Dari sisi proses pembelajaran, sambung Nur Wiarsih, guru dapat menyediakan berbagai aktivitas resposnsif gender, misalnya berbagai kegiatan life skills, latihan dasar kepemimpinan, dan aktivitas sosial lain yang dapat membantu pelajar laki-laki maupun perempuan saling menghargai sebagai sesama manusia

”Dalam materi pembelajaran, guru harus menghindari contoh-contoh yang bias gender,” pungkasnya.***

Halaman:

Editor: Ayu Nida LF

Sumber: banyuwangikab.go.id


Tags

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x