Perbedaan perawatan, kata Nalendra, terletak pada isolasinya, yakni dipisahkan tersendiri untuk mencegah penularan yang terjadi begitu cepat.
"Kurang lebih 36 sampai 75 persen lebih tinggi kecepatan penyebarannya," katanya.
Menurut ia, risikonya berat dan sungguh luar biasa, sehingga ini yang ditakutkan.
"Jika dibandingkan dengan pasien dulu beda, kalau dulu kami kumpulkan dan diajak olahraga," tutur Nalendra.
Selain itu, kedua pasien mengalami indikasi gejala varian baru Covid-19, seperti mengeluh nyeri otot, kelelahan, lalu disusul gejala lanjutan yang sama seperti virus corona sebelumnya.
Sementara itu, dokter spesialis paru dr. Nevy Shinta Damayanti mengatakan saat ini RSLI Surabaya merawat 32 orang pekerja migran, dari total 72 orang pekerja migran yang menjalani masa isolasi.
Baca Juga: Tentang Serangan Militer Israel Terhadap Palestina, Pengurus Besar NU Tunjukkan Sikap Seperti Ini!
"Dua orang dari 32 orang pekerja migran terdeteksi virus varian baru yang gejalanya kelelahan, sakit seluruh badan, dan flu ringan. Artinya, mutasi ini memang mirip dengan yang tidak mutasi," katanya.
Perlakukan kepada pasien tersebut, lanjut dia, sedikit berbeda dengan pasien yang tidak terinfeksi virus mutasi, yakni sejak kedatangan sudah dipisahkan, lalu setelah terdeteksi juga disendirikan lagi.