Network
Agung juga menjelaskan bahwa dirinya dan teman seprofesinya kerap menjadi sasaran premanisme dan pungli terutama ketika kondisi macet di pelabuhan.
“Ketika terjadi kemacetan itu yang akibat dari proses bongkar muat di pelabuhan kami juga mengalami tentang tindakan kriminalitas ketika macet. Banyak kawan-kawan itu setiap hari sampai hari inipun mengalami tindakan kriminalitas,” ungkap Agung selaku salah satu supir kontainer.
“Begitu keadaan macet, itu didepannya ada yang naiki mobilnya, naik ke atas mobil bawa celurit atau nodong begitu, itu gak ada yang berani menolong pak, padahal di depan, belakang, samping, itu kendaraan semua, sangat memprihatinkan,” sambungnya.
Baca Juga: Sekolah Bakal Kena Pajak Setelah Dihapus dari Draft RUU PPN, Hanya Sekolah Pilihan yang Kena
Hal serupa juga disampaikan oleh Abdul Hakim yang juga termasuk salah satu supir kontainer yang mengeluhkan maraknya kejadian premanisme dan pungli.
“Jadi ini kendala kita ini kemacetan aslinya pak. Mereka itu meminta imbalan lah, kalau gak dikasih kadang diperlambat, jadi kami mohon kepada bapak presiden bagaimana solusi kedepannya,” ucap Abdul.
“Kami sakit hati pak sebenarnya, tidak ada kenyamanan untuk supir kami, supir-supir yang mengemudi di Tanjung Priok,” keluhnya.
Baca Juga: TNI AL Gagalkan Penyelundupan 77.971 Ekor Benih Lobster, dan Kerugian Negara Capai Rp7,8 Miliar
Mendengar keluhan beberapa supir kontainer terkait premanisme dan pungli, Jokowi lantas memanggil ajudannya untuk meminta menghubungi Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo melalui sambungan telepon.
Saat telepon tersambung, Jokowi menjelaskan beberapa keluhan yang dialami para supir tentang premanisme dan pungli agar dan meminta Kapolri untuk segera menyelesaikan.
