KABAR BESUKI - Pengamat ekonomi Said Didu menyebut bisnis PCR di Indonesia menghasilkan potensi keuntungan fantastis karena diwajibkan pemerintah.
Said Didu tak memungkiri bahwa pandemi Covid-19 telah menciptakan bisnis baru di bidang kesehatan masyarakat dan menciptakan kekayaan fantastis bagi pelakunya.
"Tak bisa dipungkiri bahwa pandemi ini melahirkan pebisnis baru karena memang ini berbisnis yang berkaitan dengan nyawa, jadi bisnis karena terpaksa. Kita mulai awal-awal itu APD, itu mahal sekali dan banyak orang yang kaya raya saat itu, kemudian masuk ke hand sanitizer, kemudian masuk ke masker juga pernah mahal sekali, kemudian muncul vaksin," kata Said Didu sebagaimana dikutip Kabar Besuki dari kanal YouTube Karni Ilyas Club pada Jumat, 20 Agustus 2021.
Baca Juga: Said Didu Sebut Tes PCR Jadi Ladang Bisnis hingga Hasilkan Omzet Rp20 Triliun, Begini Penjelasannya
Said Didu tak pernah menyangka bahwa PCR telah menjadi bisnis 'dadakan' yang tak pernah ada sebelum pandemi melanda dunia.
Dia menyebut bahwa keberhasilan bisnis PCR hingga menjanjikan potensi keuntungan fantastis memerlukan relasi dengan kekuasaan bahkan dapat menciptakan monopoli tersendiri.
"Bisnis yang seperti ini adalah bisnis dadakan. Pelakunya tidak ada (sebelum pandemi) dan pengadanya pemerintah sehingga biasanya bisnis seperti ini yang mendapatkan adalah orang yang dekat dengan kekuasaan, sehingga tidak tertutup kemungkinan menjadi monopoli," ujarnya.
Said Didu kemudian menyoroti mahalnya harga tes PCR yang sempat terjadi sebelum keluarnya regulasi dari pemerintah untuk mengendalikan harga.