Bedanya kata dia, narasi tokoh-tokoh dalam naungan FNN cenderung disampaikan dalam Bahasa Jawa, sementara orang yang menyampaikan kritik dengan cara tutup telinga menggunakan bahasa batin.
"Jadi dia dapet inspirasi dari FNN sebetulnya, cuma FNN pakai Bahasa Jawa tidak pakai bahasa batin," katanya.
Baca Juga: Rocky Gerung Kritik Pedas KPK yang Beri 'Keistimewaan' untuk Rampok Uang Rakyat
Menurut Rocky Gerung, segala bentuk aktivitas untuk memberdayakan akal sehat tak akan bisa dibendung oleh pemerintah.
Dia mengatakan, cara tutup telingan merupakan upaya untuk mengalirkan 'darah bersih' kepada pikiran publik agar tetap menggunakan akal sehat dalam memandang sebuah persoalan di negeri ini.
"Jelas bahwa segala macam aktivitas akal sehat itu tak mungkin dibendung, bahkan dengan cara yang sangat sublim orang dapat kapiler untuk mengalirkan darah bersih kepada pikiran publik," ujarnya.
Rocky Gerung mengatakan, 'darah kotor' dapat menghambat komunikasi yang sehat terlebih ketika memandang sebuah persoalan penting negara.
Dia mengatakan, 'darah kotor' tersebut hanya layak untuk mengalir kepada para buzzer yang cenderung membela pemerintah dengan membabi buta.
"Darah kotor menghambat komunikasi yang sehat. Nah, biarkan aja darah kotor dialirkan ke arah coro-coro itu," tuturnya.***