Refly Harun kemudian menyebut keterlibatan Luhut dalam kegiatan PCR tersebut. Dia mengatakan itu pasti tidak baik.
Karena prinsip universal tidak dapat disangkal. Ia juga berharap para pejabat bisa peka terhadap hal tersebut.
Refly Harun lantas menyebut keanehan bisnis Luhut di industri alat kesehatan. Jika mereka tidak mencari keuntungan, mereka seharusnya menciptakan yayasan sosial, bukan bisnis.
“Kalo mereka mau bentuk perusahaan tapi tak cari untung itu aneh. Kenapa gak buat yayasan sosial aja dalam rangka membantu masyarakat terdampak Covid. Kalau sudah perusahaan, kan tujuannya cari untung,” tutur Refly Harun.
Jika ICW menyebut omzet atau keuntungan Rp 10 triliun, menurut Refly Harun, itu bukan uang yang sedikit.
Oleh karena itu wajar jika banyak pihak yang tergiur untuk terjun ke bisnis kesehatan ini.
Selain itu, masa pandemi diperkirakan akan berlanjut hingga 2024. Bagi Refly, jika negara membutuhkan PCR untuk persyaratan penerbangan, pemerintah juga harus menanggung biaya PCR.***