Mantan dosen Filsafat Universitas Indonesia itu mengatakan bahwa riset yang dilakukan Ubed ini bertujuan untuk memahami apa yang terjadi dengan pertumbuhan kapitalisasi perusahaan dua anak presiden yang begitu cepat.
Menurutnya, pertumbuhan kapitalisasi yang cepat di perusahaan Gibran dan Kaesang inilah yang akhirnya memunculkan kecurigaan publik.
Baca Juga: Bahlil ‘Suarakan’ Pemilu 2024 Diundur, Wakil MPR RI: Masa Menteri Gak Ngerti UUD 1945
“Karena nggak ada jawaban, maka orang ambil hipotesis bahwa ini money laundry atau korupsi atau penyalahgunaan jawaban atau melanggar Undang-Undang,” jelasnya.
Lebih lanjut, Rocky Gerung mengatakan bahwa laporan Gibran dan Kaesang ke KPK ini berubah menjadi berita politik yang menghebohkan publik karena komentar dari Kepala Staf Kepresidenan (KSP), Moeldoko.
Menurutnya, reaksi dan komentar yang diberikan Moeldoko justru seperti mempertegas bahwa istana khawatir terkait laporan tersebut.
“Kenapa KSP justru bereaksi politis, itu salahnya di KSP, maka makin besarlah isu itu. Jadi keadaan ini yang membuat masyarakat menganggap bahwa ada ketegangan di Istana,” tuturnya.
“Jadi hal yang sebetulnya standar biasa, tapi karena komentar orang istana ini akhirnya membuat kasus ini jadi kausa selebra, jadi kasus yang kemudian diselebrasikan,” imbuhnya.
Rocky Gerung juga menilai bahwa Moeldoko justru menjadi orang pertama kali mempolitisir kasus Gibran dan Kaesang.