"Yang beginian aja kelas menteri jawbannya gak mutu, dan banyak sekali pejabat-pejabat yang sebetulnya bukan kelasnya, yang membantu Jokowi waktu kampanye tapi tidak punya kemampuan profesional untuk bertindak sebagai menteri," katanya.
Lebih lanjut Rizal Ramli menjelaskan, memimpin sebuah pemerintahan sangat jauh berbeda dengan strategi untuk memenangi pemilu.
Untuk memenangi sebuah pemilu, dia menyebut hanya perlu berkampanye dan melakukan berbagai macam manuver untuk mendulang suara.
Akan tetapi, dia menilai bahwa memimpin sebuah pemerintahan sangat memerlukan kemampuan profesional dan integritas agar kebijakannya tidak berbenturan dengan kepentingan pribadi maupun kelompok.
"How to win an election berbeda dengan how to govern a government. Untuk memenangkan pemilu cukup dengan kampanye segala macem. Tetapi how to govern memerlukan kemampuan profesional, integritas, supaya kebijakan tidak terbelit dengan kepentingan sendiri dan kelompoknya," ujar dia.
Rizal Ramli juga memberikan contoh yang menunjukkan bahwa pemerintahan Presiden Jokowi sangat rapuh.
Dia mencontohkan isu kelangkaan minyak goreng yang tak mampu diatasi oleh pemerintahan Presiden Jokowi, karena Indonesia merupakan negara eksportir crude palm oil (CPO) terbesar di dunia.
Namun di sisi lain, pemerintahan Presiden Jokowi seolah mengabaikan tingkat ekspor Indonesia yang sudah dinilainya terlalu berlebihan.