Network
KABAR BESUKI - Pengamat politik dan akademisi Rocky Gerung menyoroti ekspresi Jokowi dan Luhut yang disebut tampak cemas saat berada di Bali, khususnya ketika bertemu dengan Dubes Indonesia untuk Selandia Baru, Tantowi Yahya.
Rocky Gerung menyebut ada spekulasi bahwa pemilu akan dipercepat di balik ekspresi cemas Jokowi dan Luhut saat berada di Bali.
Rocky Gerung juga mengatakan ekspresi sebaliknya justru ditunjukkan Puan Maharani, sehingga banyak orang menduga kuat bahwa Luhut sedang berupaya membujuk PDIP agar pemilu ditunda dari yang seharusnya dilaksanakan pada tahun 2024.
"Spekulasi kita ada di Bali, dan jangan-jangan justru dari Bali pemilu dipercepat karena banyak negosiasi yang saya kira gagal. Orang berspekulasi bahwa kalau Pak Luhut ketemu dengan Mbak Puan di Bali, spekulasinya tetap satu yaitu membujuk PDIP untuk mendukung ide penundaan pemilu," kata Rocky Gerung sebagaimana dikutip Kabar Besuki dari kanal YouTube Rocky Gerung Official pada Minggu, 27 Maret 2022.
Rocky Gerung juga mengungkapkan, saat ini kondisi Istana sedang dilanda kekacauan yang dibuktikan dengan kemarahan Jokowi ketika mengultimatum kementerian, BUMN, kepala daerah, hingga TNI dan Polri terkait belanja impor.
Saat hal itu terjadi, mantan pengajar Universitas Indonesia (UI) itu menyebut ada juru bicara yang berupaya menenangkan suasana sehingga Istana membisu akibat tak ada yang berani mempertanyakan alasan kemarahan Jokowi.
"Sekarang ada kekacauan di Istana karena kemarin Pak Jokowi marah-marah, terus ada juru bicara yang rada andal untuk nenangin suasana, kan Istana itu jadi bisu sekarang karena nggak bisa ada yang ngoceh-ngoceh kecil untuk memberitahu bahwa 'Kenapa Pak Jokowi ngamuk-ngamuk?'," ujarnya.
Lebih lanjut, Rocky Gerung menilai bahwa keadaan kekacauan dalam Istana menimbulkan spekulasi dibutuhkannya tokoh yang memberikan warna baru dalam pemerintahan.
Dalam hal ini, Tantowi Yahya disebut-sebut tengah dilobi untuk menjadi juru bicara kepresidenan.
"Jadi sebetulnya, keadaan itu yang menimbulkan spekulasi bahwa diperlukan tokoh baru untuk masuk Istana tuh. Kira-kira Tantowi kan dianggap cukup luwes, saya kira lagi dilobi untuk jadi semacam juru bicara dari presiden," katanya.
Di balik ekspresi cemas Jokowi-Luhut, Rocky Gerung mengaku tertarik untuk menganalisis makna dari ekspresi wajah keduanya maupun Tantowi Yahya saat saling bertemu.
Dia menilai, Tantowi Yahya begitu senang menyambut kehadiran Jokowi dan Luhut karena DNA sebagai entertainer, namun Jokowi dan Luhut justru terkesan ragu jika Tantowi Yahya akan mampu berhadapan dengan kelompok oposisi.
"Tapi kelihatannya, itu yang mungkin membuat kita menganalisis wajahnya tuh. Tantowi ya senang-senang aja tuh karena orangnya memang entertainer, tapi dua temannya (Luhut dan Pak Jokowi) karena berpikir 'Mampu nggak ya Saudara Tantowi untuk berhadapan dengan oposisi?' kira-kira begitu," ujar dia.
Rocky Gerung juga menyimpulkan, Tantowi Yahya belum tentu akan mampu menghadapi oposisi rezim Jokowi karena saat ini tak hanya PKS dan Demokrat saja yang mengambil sikap sebagai oposisi, tetapi juga dari partai pendukungnya sendiri.
"Saudara Tantowi memang entertainer yang bagus, tapi dalam menghadapi suasana politik bisa jadi justru mengalami hal yang sama, karena yang beroposisi sebetulnya nggak cuma PKS dan Demokrat," tuturnya.***
