Sering Berperilaku Pura-Pura Sakit? Mungkin Terkena Sindrom Ini, Simak Ulasannya

7 April 2021, 21:52 WIB
Ilustrasi wanita sakit perut dan depresi /Aini//pexels/andreapiacquadio

KABAR BESUKI - Sindrom Munchausen adalah gangguan psikologis yang menyebabkan penderitanya sering pura-pura sakit. Tujuannya, untuk mendapatkan perhatian.

Melansir dari SehatQ, Sindrom Munchausen ini diakibatkan oleh kekerasan pada anak yang berdampak pada perilakunya.

Sindrom Munchausen bisa dibilang merupakan salah satu kondisi psikologis yang paling sulit untuk diatasi.

Baca Juga: Mengaitkan Pemerkosaan dengan Cara Berpakaian, PM Pakistan: Seluruh Konsep Cadar untuk Menghindari Godaan

Baca Juga: Patroli Laut Gagalkan Penyelundupan 984,6 Kg Vanili Ilegal Senilai 3 Miliar Asal PNG

Baca Juga: Heboh, Isi Data Pribadi Pesan Singkat Terkait Keluhan Pasca Vaksinasi Covid [Cek Fakta]

Tidak banyak jenis perawatan untuk mengatasi kondisi ini. Namun, konsultasi psikologi tetap bisa dicoba. 

Memang tidak heran, jika kondisi ini dianggap sulit untuk disembuhkan. Pasalnya, penderita sindrom Munchausen kerap mengeluarkan pernyataan yang tidak jujur, sehingga untuk mendiagnosis penyakit langka ini pun, sulit untuk dilakukan.

Sebelum menentukan bahwa seseorang memang menderita sindrom Munchausen, dokter harus melakukan pemeriksaan menyeluruh, untuk mengurangi kemungkinan gejala timbul karena penyakit lain

Perawatan utama yang bisa dilakukan untuk mengatasi sindrom munchausen memang hanyalah konsultasi psikologi, atau bisa disebut dengan konseling.

Fokus dari perawatan ini adalah untuk mengubah pola pikir dan perilaku dari penderita sindrom tersebut.

Dalam sesi konsultasi, terapis juga mungkin akan menggali isu psikologis lain yang mungkin mendasari perilaku ini.

Selama perawatan, alih-alih menyembuhkan secara langsung dan paksa, terapis akan mengambil jalan yang lebih realistis, yaitu dengan membantu pasien meringankan gejala yang dirasakan.

Baca Juga: Siap-siap Putar Balik Bagi Masyarakat yang Nekat Mudik, Polres Kota Surakarta Jaga Ketat Beberapa Titik Ini

Baca Juga: Tidak Perlu Membeli Permen Karet untuk Menghilangkan Bau Mulut, Bahan Alami yang Sering Anda Temui

Terapis akan menyarankan pasien untuk menghindari melakukan prosedur medis yang berbahaya, serta mengurangi keinginan untuk dirawat di rumah sakit.

Selain konsultasi psikologi secara individu, konsultasi juga dapat melibatkan keluarga.

Dalam konsultasi ini, keluarga akan mempelajari cara menghadapi orang dengan sindrom Munchausen.

Keluarga juga akan diminta untuk tidak mendukung, maupun menyalahkan perilaku penderita sindrom tersebut secara berlebihan.

Langkah ini dianggap dapat mengurangi frekuensi penderita berpura-pura tampak sakit, karena sudah tidak ada lagi perhatian yang didapatkannya dari perilaku tersebut.

Tingkat keberhasilan konsultasi psikologi cenderung rendah

Perawatan untuk sindrom Munchausen memang sulit, dan hingga saat ini, belum ada langkah perawatan standar untuk mengatasinya.

Agar perawatan berjalan dengan sukses, pasien perlu menyetujui diagnosis sindrom Munchausen yang diberikan oleh dokter.

Pasien menjalani perawatan dengan rajin. Hal ini sulit dilakukan, mengingat penderita kondisi ini ingin terus dilihat sebagai orang yang sakit.

Tidak sedikit orang yang akhirnya tidak melanjutkan perawatan, setelah diagnosis diberikan.

Baca Juga: Mandi Menggunakan Air Hangat Ternyata Bisa Membantu Anda Tidur Lelap dengan Cepat, Studi Baru Membuktikan

Baca Juga: Jangan Disepelekan! Manfaat Yoga untuk Pria, Membantu Daya Tahan dan Meningkatkan Libido Pria?

Banyak alasan yang mendasari, tapi yang utama adalah rasa malu atau mekanisme defensif.

Karena itu, pendekatan pada para penderita sindrom ini perlu dilakukan secara perlahan.

Serta para pasien juga harus terus mendapatkan dukungan dan pengertian bahwa konsultasi psikologi ini penting untuk mereka.

Jika Anda merasakan gejala yang serupa dengan penderita Sindrom Munchausen, periksakanlah kondisi tersebut ke ahlinya.

Tidak perlu malu dan khawatir, karena semakin cepat perawatan dimulai,  maka risiko komplikasi pun akan semakin berkurang.***

Editor: Yayang Hardita

Sumber: sehatq

Tags

Terkini

Terpopuler