Menyukai Fiksi? Inilah yang Terjadi Pada Otak dan Kepribadian Seseorang yang Terlarut dalam Cerita Fiksi

- 22 Maret 2021, 17:29 WIB
Foto: ilustrasi membaca cerita fiksi
Foto: ilustrasi membaca cerita fiksi /Rianti S/ pexel.com/ Dids

KABAR BESUKI - Sebuah penelitian menunjukkan jika orang yang menyukai cerita fiksi akan merasa terikat secara pribadi terhadap salah satu karakter favoritnya.

Sebuah jurnal penelitian yang diterbitkan pada laman situs Oxford Academic menemukan jika orang yang menyukai cerita fiksi kerap mengidentifikasi diri layaknya karakter favorit dalam cerita tersebut.

Timothy Broom, kepala penelitian ini mengatakan mereka yang menyukai cerita fiksi akan menggunakan bagian otak yang sama ketika mereka membicarakan diri mereka sendiri dan karakter favorit mereka.

Baca Juga: Ditjen Pajak Menjadi Target KPK Selanjutnya Kasus Dugaan Korupsi Pemeriksaan Perpajakan 2016-2017

Baca Juga: Indonesia Akan Bangun Jaringan Kabel Bawah Laut Agar Jaringan Internet Lebih Lancar, Wacana atau Fakta

Baca Juga: Jalankan Bisnis Timah, KBI: Upaya untuk Mendorong Ekonomi Nasional

"Ketika mereka memikirkan tentang karakter fiksi favorit, di satu bagian otak tampak serupa seperti ketika mereka memikirkan diri mereka sendiri," kata Broom.

Studi ini dilakukan dengan memindai otak dari 19 partisipan yang merupakan penggemar dari serial TV dan novel fiksi terkenal, Game of Thrones.

Pemilihan cerita fiksi Game of Thrones bertujuan karena serial ini merupakan salah satu serial terfavorit dalam dua dekade terakhir dengan ragam karakter yang memiliki kepribadian yang berbeda-beda.

Orang yang berpartisipasi ini akan melakukan tes pindai otak saat mereka memikirkan diri sendiri, sembilan orang terdekatnya dan sembilan karakter dari Game of Thrones.

Para peserta akan melaporkan mana karakter yang paling mereka sukai dan biasanya adalah karakter yang menggambarkan kepribadian mereka.

Dalam sebuah tes, orang yang memperoleh nilai tinggi tidak hanya terserap dalam cerita fiksi yang mereka suka, namun juga merasa terikat dengan karakter favorit mereka seperti apa yang dirasakan, dipikirkan, dan hal-hal favorit dari karakter tersebut.

Baca Juga: Jangan Taruh Ponsel di Saku Belakang, Simak Tips Lainnya Agar Ponsel Tahan Lama

Baca Juga: Lanjut, KPK Kembali Memeriksa Empat Saksi Dugaan Korupsi Gratifikasi Pemkot Batu

Baca Juga: Intermittent Fasting Terbukti Ampuh Menurunkan Berat Badan, Simak Tipsnya Disini Agar Hasilnya Lebih Maksimal

Para partisipan untuk kemudian dipindah di mesin MRI untuk mengevaluasi aktivitas otak ketika mereka memikirkan diri sendiri, orang terdekat, dan karakter dalam cerita fiksi favorit mereka.

Peneliti akan mempelajari aktivasi bagian otak yang disebut vMPFC yang semakin aktif ketika seseorang membicarakan hal yang mereka sukai.

Proses penelitian ini sederhana, yaitu dengan memperlihatkan rangkaian nama yang terdiri dari nama mereka sendiri, nama teman, dan nama karakter.

Nama-nama tersebut juga ditampilkan bersamaan dengan nama-nama sifat sepert kesepian, sedih, dapat dipercaya, atau pintar.

Partisipan hanya perlu menjawab "ya" dan "tidak" untuk menggambarkan sifat dari nama-nama tersebut.

Seperti yang diharapkan, vMPFC paling aktif saat orang mengevaluasi diri mereka sendiri, kurang aktif saat mengevaluasi teman, dan paling tidak aktif saat mengevaluasi karakter cerita fiksi tersebut.

Namun, yang menarik adalah sebagian partisipan juga mengalami aktivitas vMPFC yang sama besarnya ketika mereka mengevaluasi karakter favoritnya dengan ketika mereka mengevaluasi dirinya sendiri.

Dylan Wagner, salah satu penulis studi ini mengatakan penelitian ini membantu menjelaskan bagaimana fiksi dapat berdampak besar pada beberapa orang.

Baca Juga: Gelar Webinar Kesetaraan Gender, ENCE: Kekerasan Ranah Personal Duduki Peringkat Tertinggi

Baca Juga: Dalam Pemantauan Proses Vaksinasi, Jokowi Sebut Provinsi Jawa Timur Telah Siap Divaksin AstraZeneca

"Bagi sebagian orang, fiksi adalah kesempatan untuk mengambil identitas baru, untuk melihat dunia melalui mata orang lain dan memperoleh pengalaman baru,” kata Wagner.

Dengan begitu orang-orang yang menyukai cerita fiksi cenderung memiliki atau merubah kepribadiannya sesuai karakter fiksi favoritnya.***

Editor: Yayang Hardita

Sumber: Berbagai Sumber


Tags

Terkini