Gatot Nurmantyo menjelaskan, perjalanan PKI memiliki karakteristik tersendiri untuk menguatkan pengaruhnya.
Untuk menjalankan hal tersebut, PKI melakukan politik adu domba hingga berujung kepada upaya pemberontakan untuk mengganti kekuasaan.
"Perjalanan PKI ini punya karakter, karakternya pasti mengarah ke pemberontakan untuk mengganti kekuasaan, didahului dengan adu domba segala macam," katanya.
Gatot Nurmantyo juga menemukan adanya keunikan terkait manuver politik yang kerap dilakukan oleh PKI di masa lalu.
Sejak zaman penjajahan Belanda hingga Orde Lama, PKI selalu melakukan upaya pemberontakan pada bulan September.
"Sejarah mengatakan, partai komunis ini sejak belum merdeka sudah berontak kepada Belanda, bukan untuk membentuk negara Indonesia tapi Negara Indonesia Soviet (NIS), itu bulan September juga. Setelah Indonesia merdeka, 1948 sama juga melakukan pemberontakan, bulan September juga. Tahun 1965 sama juga," ujar dia.
Gatot Nurmantyo juga menemukan dugaan tak sedap ketika terjadi peristiwa pembunuhan terhadap seorang ustadz, pembakaran mimbar masjid, hingga hilangnya diorama Penumpasan G30S PKI dari Museum Kostrad yang juga terjadi pada bulan September di tahun ini, meski awalnya sempat tak percaya.
"Pada bulan September ini, tiba-tiba saya mendengar laporan 'Bapak tahu nggak, patung itu sudah tidak ada?'. Saya nggak percaya omongan itu sebenernya kalau nggak ada bukti foto atau video, maka dapetlah video itu barulah saya percaya," tuturnya.***